EKBIS.CO, JAKARTA -- Pendiri Asosiasi Blockchain Indonesia, Yos Ginting, mengungkapkan, sejumlah fakta menarik dalam dunia investasi kripto. Meskipun begitu, Yos menekankan fakta menarik tersebut bukan sebagai nasihat finansial yang bisa digunakan menjadi patokan untuk melakukan transaksi investasi kripto.
Yos mengaku kerap kali mendapatkan pertanyaan mengenai bagus atau tidaknya kripto menjadi pilihan investasi. "Kalau ditanya ini, jawaban saya, tergantung. Karena volatilitasnya (kripto) sangat tinggi," kata Yos saat menjadi pembicara dalam seminar Teknologi Blockchain di FEB UI, Depok, Jawa Barat, yang disiarkan secara daring, Kamis (2/11/2023).
Yos mengakui pergerakan invetasi kripto sangat memiliki tingkat fluktuasi yang tinggi. Dia menyebut, dalam satu hari di dunia kripto fluktuasinya bisa dua persen, 20 persen, 30 persen, atau bahkan lebih tinggi lagi.
"Fluktuasi ini tidak terjadi dalam instrumen investasi konvensional. Kalau bicara saham, aduh bisa 0,1 bisa luar biasa. Kalau kripto, lima atau 10 persen tetap saja nyetir santai," ungkap Yos.
Dengan fluktuasi yang tinggi, Yos menilai pilihan investasi kripto sangat cocok dilakukan secara jangka panjang. Selain itu juga harus sesuai dengan risiko atau toleransi risiko setiap masing-masing pelaku investasi.
"Kalau toleransi risiko kita bagus, silakan. Kalau dananya dana dingin silakan karena ini lebih kepada jangka panjang. Tapi ada juga yang katanya mengerti teknikal analisis sebagainya juga dipersilahkan," ungkap Yos.
Meskipun begitu, Yos berpendapat, karaktetistik tersebut yang membuat investasi kripro sangat memiliki potensi tinggi dalam memperoleh keuntungan. Sebab fluktuasinya bisa sangat tinggi yang berbeda dengan bentuk investasi lainnya.
Hanya saja, Yos menegaskan, kripto hanya bisa sebagai diversifikasi dalam berinvestasi. "Jangan meletakkan telur di satu keranjang. Bolehlah risiko tinggi tapi boleh coba saja bukan menjadi investasi keseluruhan," ujar Yos.
Yos menambahkan, investor kripto yang terdaftar di bursa kripto Indonesia melebihi investor saham atau investor konvensional. Padahal dalam praktiknya, kripto berjalan tanpa edukasi formal dari pemerintah.
"Ini karena sangat mudah persyaratanya. Jadi kalau kita mau menyimpan lama, jangan cuma disimpan tapi staking. Ada fitur untuk staking. Jadi berbunga ini investasi di kripto," jelas Yos.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Agustus 2023, investor aset kripto di Indonesia mencapai 17,8 juta. Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi menuturkan capaian tersebut mencerminkan masyarakat Indonesia masih menunjukkan tren peminatan terhadap aset kripto.
"Pertumbuhan jumlah pelanggan aset kripto di Indonesia ini terus meningkat dari semula 11,2 juta orang atau investor pada akhir 2021 telah meningkat menjadi 16,7 juta (investor) pada akhir 2022 yang lalu. Dan data terakhir per Agustus 2023, tercatat kembali tumbuh menjadi 17,8 juta investor," kata Hasan.