Selasa 12 Nov 2019 18:58 WIB

Sriwijaya Air Ajukan Nama Direksi Baru

mKerja sama dengan Garuda Indonesia selama ini merugikan kepentingan Sriwijaya Air.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Penumpang naik pesawat Sriwijaya Air.
Foto: Antara
Penumpang naik pesawat Sriwijaya Air.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Setelah memastikan sudah tak lagi bekerja sama dengan Garuda Indonesia, Sriwijaya Air kini akan mengisi kekosongan direksinya. Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena mengatakan sudah mengajukan bebrapanama untuk menjabat sebagai pengurus perusahaan.

"Hal ini dilakukan guna mengisi dan meneruskan segala aktivitas seluruh tugas pokok dan fungsi direksi masa transisi yang telah berakhir pada 31 Oktober 2019 lalu," kata Jefferson, Selasa (12/11).

Baca Juga

Dia memastikan pada Ahad (10/11) pengurus yang ditetapkan oleh pemegang saham dan diajukan ke Kementrian Perhubungan (Kemenhub) sudah menjalani fit and proper test di Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU). Jefferson mengatakan hasilnya memenuhi kualifikasi.

Dengan hasil tersebut, Jefferson optimistis Sriwijaya Air dapat mewujudkan komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pelanggan.

"Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh stakeholder seperti Kementerian Perhubungan, Biro perjalanan, komponen pendukung operasional, dan yang pasti seluruh masyarakat Indonesia yang terus memberikan dukungan kepada Sriwijaya Air Group untuk dapat tetap beroperasi dan keluar dari permasalahan ini," jelas Jefferson.

Selain itu, Jefferson mengatakan operasional Sriwijaya Air berangsur-angsur kembali normal. Menurutnya pascakejadian penundaan dan pembatalan penerbangan pekan lalu, Sriwijaya Air secara rutin berkoordinasi kepada regulator.

“Sebagai bentuk tanggung jawab dan salah satu jaminan terhadap pelayanan, kami terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan sebagai regulator penerbangan di Indonesia," ungkap Jefferson.

Sebelumnya, Kuasa hukum sekaligus pemegang saham Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra mengatakan sudah mengembalikan semua tenaga staf perbantuan dari Garuda Indonesia Group untuk tidak bekerja lagi di Sriwijaya Air. Yusril menganggap kerja sama dengan Garuda Indonesia Group selama ini merugikan kepentingan Sriwijaya Air karena terlalu banyak konflik kepentingan antara anak-anak perusahaan Garuda dengan Sriwijaya Air.

"Performa Sriwijaya Air tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh Garuda Indonesia Group melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu," ungkap Yusril.

Yusril mengatakan langkah selanjutnya akan mengundang Garuda Indonesia Group untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerja sama yang sudah berlangsung selama setahun itu. Yusril meminta BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya Air selama manajemen yang direksinya mayoritas berasal dari Garuda Indonesia Grup untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya selama kerja sama berlangsung.

Yusril memohon maaf kepada masyarakat karena pelayanan Sriwijaya Air kurang baik selama manajemennya ditangani oleh direksi yang mayoritas berasal dari Garuda Indonesia Group. "Selanjutnya Sriwijaya Air akan kembali bekerja secara profesional melayani pelanggan sebagaimana selama ini dilakukan oleh Sriwijaya," tutur Yusril.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement