EKBIS.CO, PASURUAN -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kedua kiri) membuka acara Pekan Inovasi Mangga Nasional 2019 di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Balitbangtan, Grati, Pasuruan, Jumat (15/11). Pada kesempatan tersebut Syahrul mencicipi berbagai varietas unggul mangga. Dia juga memberi nama varietas unggul baru anggur dengan nama Janetes SP1.
Syahrul menjelaskan, kegiatan tersebut menjadi bagian dalam rangka melakukan percepatan hilirisasi inovasi teknologi mangga. "Serta menggerakan kita untuk terus melakukan upaya-upaya mewujudkan kedaulatan pangan secara berkelanjutan, yang berujung pada ekspor buah," ujar Syahrul di sela acara.
Syahrul menyatakan, kedatangannya di acara tersebut adalah untuk memastikan pertanian Indonesia bisa terus maju, dan tidak boleh berhenti, apalagi mundur. Dia juga berharap, pertanian Indonesia bisa lebih mandiri, berdaulat, dan mampu memenuhi kebutuhan nasional.
"Gak boleh itu (pertanian Indonesi berhenti atau mundur). Kalau itu sampai terjadi, ya apa gunanya kita diberi amanah oleh Allah SWT," ujar Syahrul.
Syahrul mengingatkan, Indonesia merupakan kaya. Dimana mataharinya tidak pernah putus, anginnya terus bertiup, dan hujan yang terus turun. Indonesia merupakan negara tropis, yang semua jenis tanaman bisa tumbuh. Maka, kata dia, tidak ada alasan pertanian Indonesia tidak maju, tidak mandiri, dan tidak berdaulat.
"Kenapa gak mandiri? Apa sebabnya? Gak boleh dibiarin ini. Yuk berdaulat, yuk punya ketahanan. Semua kita turun tangan. Masa kita kalah dari negara lain. Ini menjadi tantangan, dan itu gunanya Syahrul jadi mentan," kata dia.
Syahrul mengingatkan, kemajuan pertanian Indonesia harus ditanamkan di pikiran seluruh stakeholder. Baik itu para petani, para peneliti, dan jajaran pertanian lainnya. Dia menegaskan, tidak boleh ada yang berhenti berupaya memajukan pertanian Indonesia.
"Kalau berhenti, tidak cocok sama saya. Kalau sama kayak kemarin tidak cocok. Gak boleh. Jadi maju itu ada di otak semua orang yang terkait dengan pertanian. Babinsa turun tangan, Kapolsek turun tangan, wakil bupati turun tangan, kita sama-sama," ujar Syahrul.
Selain itu, lanjut Syahrul, yang juga harus ditanamkan di pikiran stakeholder pertanian indonesia adalah paradigma modern. Modern, kata dia, paradigmanya tidak boleh seperti kemarin, yang artinya harus leboh baik dari sebelumnya.
"Misal mangganya tidak boleh seperti kemarin, anggurnya tidak boleh seperti kemarin. Kalau masih kayak kemarin kita tertinggal. Kita penuhi kebutuhan nasional, sekaligus kita penuhi kebutuhan dunia. Ini yang akan kita tuju," kata Syahrul.