EKBIS.CO, JAKARTA -- Impor bahan baku terus menurun. Pada Oktober tahun ini, penurunannya mencapai 18,76 persen dibandingkan periode sama 2018.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Dorodjatun Sanusi menyatakan, impor bahan baku untuk industri farmasi memang tengah menurun. Salah satu penyebabnya yakni, suplai yang terkendala karena pembayaran dari fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit melambat.
"Tadinya sekitar tiga sampai empat bulan, sekarang paling cepat lima bulan, ada yang sampai setahun, hal ini menyebabkan distributor tidak mampu lagi penuhi order. Bagaimana mau order, yang lama saja belum dibayar," jelasnya kepada Republika.co.id, Ahad, (17/11).
Sebab lain, kata dia, yaitu industri farmasi mengalami kesulitan aliran dana, sehingga kemampuan membeli bahan baku berkurang. Ditambah lagi, program tender e-Katalog yang diselenggaran Kementerian Kesehatan dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk 2019-2020 belum dilaksanakan.
"Jadi produsen belum bisa order bahan baku kalau belum ada kepastian obatnya," kata Dorodjatun.
Secara keseluruhan, lanjutnya, pertumbuhan industri farmasi di Tanah Air melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi global pun turut memengaruhi. Pasalnya sekitar 95 sampai 96 persen bahan baku pembuatan obat merupakan impor.
"Jadi kondisi global pengaruhi dua hal. Pertama nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kedua harga bahan baku impornga yang tergantung peraturan di negara bersangkutan," jelas Dorodjatun. Meski begitu ia menegaskan, penurunan impor bahan baku industri farmasi lebih disebabkan faktor domestik.