EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan imbal hasil penerbitan sukuk korporasi tahun depan kembali menurun. Analis Pefindo, Fikri C. Permana menyampaikan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang diperkirakan masih turun 50 basis poin menjadi salah satu penyebab.
Ini tidak hanya terjadi pada sukuk, tapi semua surat utang. Imbal hasil sukuk tidak mengacu pada tingkat kupon tertentu. Secara indikasi, nilai kuponnya atau yield tergantung kondisi pasar saat diterbitkan.
"Sehingga memang proyeksi kita akan menurun juga iya, bisa jadi sampai 2023 mendatang," katanya saat media release di kantor Pefindo di Jakarta, Selasa (19/11).
Secara umum, Pefindo melihat tren penerbitan sukuk terus baik dari waktu ke waktu. Pemahaman terhadap instrumen ini semakin baik, literasi atau pengetahuan terkait ekonomi Islam juga semakin berkembang. Sehingga keberadaan sukuk diharapkan bisa jadi pendorong pada penerbitan surat utang tahun depan.
Meski demikian, frekuensi penerbitannya masih tergantung pada preferensi korporasi. "Tren dari penerbitan surat utang, baik obligasi dan sukuk, tergantung lebih ke penerbitnya, jadi agak susah juga diproyeksi," katanya.
Pefindo memproyeksi total penerbitan surat utang pada tahun depan mencapai Rp 158 triliun, termasuk sukuk dan obligasi. Assistant Vice President Corporate Ratings Division Pefindo Niken Indriarsih menambahkan preferensi sukuk tahun ini lebih baik dari 2018 lalu.
"Per Oktober 2019, nilai penerbitan sukuk telah mencapai Rp 16,3 triliun, padahal pada 2018 lalu, nilai penerbitannya tidak sampai Rp 10 triliun," kata dia.
Ini menunjukan memang perkembangan sukuk tahun ini lebih baik. Ia mendorong agar emiten-emitennya diberikan insentif. Sehingga kedepannya, proporsi sukuk bisa bertambah lagi. Mayoritas penerbit sukuk masih dari jasa keuangan seperti perbankan.