EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai pasar obligasi dalam negeri mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Hal ini sejalan dengan tren penurunan suku bunga global dan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan mengatakan katalis positif pasar obligasi dalam negeri juga didorong imbal hasil obligasi AS US Treasury. “Pertama turunnya suku bunga global, Fed Rate turun 75 basis poin, BI Rate juga turun 100 basis poin dan yield US Treasury, sehingga biaya funding menerbitkan obligasi yang dikeluarkan juga turun,” ujarnya saat konferensi pers di Kantor LPS, Jakarta, Selasa (19/11).
Menurutnya level rasio loan to deposit (LDR) perbankan yang sudah tinggi turut mendorong katalis positif pasar obligasi dalam negeri. Alhasil, insentif penerbitan obligasi menjadi lebih besar.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Agustus 2019, rasio LDR perbankan nasional berada pada level 94,04 persen. Artinya 94,04 persen dana masyarakat yang dihimpun sudah disalurkan bank menjadi kredit, sehingga dana yang tersisa untuk dikelola bank sebagai likuiditas tinggal 5,96 persen.
Sementara Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menambahkan kondisi likuiditas industri perbankan mulai melonggar pascapenurunan suku bunga kebijakan moneter sebesar 100 basis poin sepanjang Juli-Oktober 2019. Kemudian risiko dan prospek likuiditas perbankan juga menurun di tengah seimbangnya pertumbuhan simpanan dan kredit.
Parameternya antara lain suku bunga pasar simpanan (SBP) rupiah menurun 12 basis poin (0,12 persen) menjadi 5,48 persen selama 15 Oktober 2019 hingga 11 November 2019. Kemudian SBP valuta asing juga menurun 7 basis poin (0,07 persen) menjadi 1,08 persen).
Sedangkan rasio pembiayaan terhadap pendanaan atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan pada September 2019 melunak ke 93,7 persen dibanding 94,04 persen pada Agustus 2019. "Stabilitas sistem keuangan (SSK) juga terkendali seiring meredanya volatilitas di pasar keuangan meski risiko ketidakpastian global masih tinggi," ucapnya.