EKBIS.CO, JAKARTA — Indonesia dan China berkomitmen memperkuat dan memperluas kerja sama bidang ketenagakerjaan. Aspek kerja sama yang akan dibangun oleh kedua belah pihak adalah Peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dan Perluasan Kesempatan Kerja.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyatakan siap menjalin kerja sama dengan investor China untuk meningkatkan SDM Indonesia. Target kerja sama bilateral ini adalah mendukung iklim investasi di Indonesia. China adalah negara investor terbesar ke-4 di Indonesia, salah satu di antaranya industri yang berada di Bali, Medan, Morowali, dan Halmahera. Rencananya akan merambah ke wilayah Kalimantan.
"Kita ingin investors China memperbanyak penggunaan SDM Indonesia dalam pengerjaan proyek di Indonesia," kata politisi yang aktif di Ormas Nahdlatul Ulama (NU) ini, dalam keterangan resminya pada Ahad (29/12).
SDM Indonesia dinilainya siap untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan. Mereka adalah orang-orang berkarakter, berpengetahuan luas, dan berintergritas. Karena itu, kemampuannya tidak diragukan untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang. Angka itu menandakan peningkatan 2,24 juta orang dibanding Februari 2018. Kompetensi mereka mencakup berbagai bidang. SDM itu banyak dimanfaatkan berbagai perusahaan.
Kerja sama ini merupakan hasil kunjungan kerja Menaker ke Republik Rakyat China. Tujuannya untuk memperkuat kerja sama bilateral yang sudah terbangun sejak lama.
Menaker menegaskan Kerja sama RI-China di bidang Ketenagakerjaan sangat penting. Yaitu, untuk mendukung kebijakan Presiden Joko Widodo yang ingin mempersiapkan daya saing angkatan kerja muda Indonesia, khususnya para lulusan dari Balai Latihan Kerja (BLK) Kementerian Ketenagakerjaan memasuki dunia kerja di era digital yang ramai disrupsi.
Dinamika digital menjadikan persaingan dan gerak ketenagakerjaan menjadi sangat cepat dan tak terbatas. Pemanfaatan potensi dan kreasi tenaga kerja berlangsung secara lebih kreatif. Tak sebatas fisik, potensi yang dimanfaatkan juga mencakup kreasi digital, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang mempercepat gerak ketenagakerjaan.
Dengan memanfaatkan AI, sebagian pekerjaan rutin tergantikan. Potensi kesalahan semakin ditekan dan objektivitas tampil melalui angka-angka hasil penghitungan yang rigid.