Senin 30 Dec 2019 11:31 WIB

Aksi Protes Berlanjut, Ekonomi Hong Kong Semakin Suram

Pemerintah memperkirakan ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi 1,3 persen pada 2019.

Red: Nidia Zuraya
Pengunjuk rasa pro demokrasi saat bentrok menghadapi polisi anti huru-hara di kawasan bisni Tsim Sha Tsui, Hong Kong, di Hong Kong, Selasa (24/12)
Foto: Jerome Favre/EPA-EFE
Pengunjuk rasa pro demokrasi saat bentrok menghadapi polisi anti huru-hara di kawasan bisni Tsim Sha Tsui, Hong Kong, di Hong Kong, Selasa (24/12)

EKBIS.CO, HONG KONG -- Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan menyampaikan bahwa ekonomi Hong Kong diperkirakan mengalami kontraksi pada kuartal keempat setelah dilanda gejolak sosial selama 6 bulan terakhir. Dalam unggahan blognya, Chan mengungkapkan pertumbuhan negatif akan terus berlanjut dan tidak dapat dihindari.

"Ini berarti pemerintah akan kurang fleksibel dalam memanfaatkan sumber daya keuangan di bawah tekanan resesi ekonomi," tulisnya, dikutip laman Bloomberg, Ahad (29/12).

Baca Juga

Protes pro-demokrasi yang diwarnai kekerasan sejak Juni telah merusak ekonomi Hong Kong, membuat para wisatawan enggan berkunjung dan berakibat pada penurunan penjualan ritel.

Pengunjung dari daratan China, yang merupakan kelompok wisatawan terbesar di kota itu, telah turun hampir setengahnya, sedangkan pendapatan ritel turun sekitar seperempat selama demonstrasi berlangsung.

Dalam pidato anggaran tahunan yang akan disampaikan Februari mendatang, Chan akan menyampaikan fokus pada dukungan bisnis, perlindungan lapangan kerja, menghidupkan kembali ekonomi dan mengurangi tekanan sosial.

Sepanjang tahun ini, Hong Kong juga menghadapi gejolak internasional seperti proteksionisme dan geopolitik. "Daya saing pasar keuangan Hong Kong termasuk sistem perbankan dan sekuritas, nilai tukar terhadap dolar AS dan aliran modal bebas tetap kuat dan berjalan dengan tertib," kata Chan.

Jumlah kedatangan pengunjung dari daratan China turun pada rekor tertinggi sebesar 46 persen pada Oktober, menjadi sedikit lebih dari 2,5 juta pengunjung.

Sementara itu, untuk penjualan ritel Hong Kong, yang dulu merupakan pusat belanja wisatawan, menunjukkan penurunan 24,3 persen. Ini merupakan angka penurunan terbesar sepanjang sejarah.

Dalam sebuah pernyataan terpisah, Kepala Sekretaris Administrasi Hong Kong Matthew Cheung mengatakan kekuatan kelembagaan kota seperti aturan hukum, pemerintahan yang bersih dan level playing field yang seimbang untuk bisnis tetap kuat dan utuh.

"Pemerintah akan memperluas saluran komunikasinya dengan publik, mendengarkan dan menanggapi lebih banyak pandangan dan masalah masyarakat di tahun mendatang," katanya.

Pemerintahan Carrie Lam telah meluncurkan empat putaran bantuan ekonomi sejak Agustus. Bantuan ini tidak akan menyelesaikan masalah ekonomi tetapi dapat membantu bisnis dan orang-orang Hong Kong tetap bertahan, sedangkan pemerintah kota berusaha untuk menyembuhkan komunitas yang terpecah belah dan ekonomi yang terpukul.

“Tahun 2019 merupakan tahun guncangan dan gejolak yang tak henti-hentinya bagi masyarakat dan ekonomi kita,” kata Cheung. "Enam bulan terakhir berat bagi kami, tapi kami akan tetap terus bergerak maju."

Pemerintah memperkirakan kontraksi ekonomi tahunan sebesar 1,3 persen untuk 2019. Tingkat pengangguran naik menjadi 3,2 persen pada November, dan menjadi tingkat tertinggi sejak Juli 2017.

Selama protes berlangsung, tambah Cheung, lebih dari 2.600 orang telah terluka, di antaranya lebih dari 500 petugas kepolisian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement