EKBIS.CO, JAKARTA -- Pejabat dari sepuluh kementerian dan lembaga pemerintah, bersama dengan perwakilan dari sektor swasta dan masyarakat, berkumpul pada hari Kamis (30/1) di Jakarta untuk membahas tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pertanian, perikanan dan kehutanan. Para pejabat dan perwakilan masyarakat tersebut bersiap untuk menghadiri Konferensi Regional Asia Pasifik ke-35 FAO (APRC) di Bhutan pada bulan Februari mendatang, di mana beberapa inisiatif regional baru akan dirumuskan.
Wilayah Asia dan Pasifik berubah dengan cepat karena pertumbuhan ekonomi, transformasi struktural, teknologi yang muncul dan urbanisasi. Tumbuhnya urbanisasi mengarah pada perubahan mendasar pada sistem pangan yang memengaruhi pilihan makanan konsumen dan petani terhubung dengan pasar. Selain itu, Asia-Pasifik menyumbang 479 juta orang kurang gizi di dunia, sementara kelebihan berat badan dan obesitas terus meningkat di kalangan anak-anak dan orang dewasa.
“Konferensi Regional FAO secara tradisi merupakan forum untuk mengatasi tren dan tantangan regional saat ini dan masa depan. Namun khusus untuk tahun kita juga akan menyoroti contoh-contoh inovasi yang meningkatkan sistem pangan dan memberi manfaat bagi keluarga petani di seluruh kawasan, ”kata Stephen Rudgard FAO Representative di Indonesia di sela-sela pertemuan.
Pemerintah Indonesia berencana untuk terlibat dalam Inisiatif Hand in Hand FAO, sebuah inisiatif baru yang berfokus pada peningkatan potensi daerah dan kelompok populasi yang kurang beruntung. Hal ini menyuarakan komitmen PBB untuk “tidak meninggalkan siapapun dalam pembangunan (left no one behind).
Inisiatif ini menargetkan mereka yang paling rentan, terutama pada kelompok populasi yang paling miskin dalam satu wilayah sampai level tertinggi seperti negara. Hand in Hand berbasis bukti dan bergantung pada analisis terperinci menggunakan data dan informasi geo-spasial multidimensi.
“Sangat penting bagi Indonesia untuk bersiap menghadapi perubahan di sektor-sektor produksi yang akibat transformasi struktural dan urbanisasi jika ingin mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”, tambah Stephen.
Selain itu, FAO akan menyoroti inovasi di bidang “Pertanian Digital”, yang mencakup aplikasi yang meningkatkan ekonomi pedesaan dan aksesibilitas pasar bagi petani keluarga kecil dan nelayan. Sistem pangan dan pertanian akan membutuhkan "Lompatan kuantum" untuk mencapai target SDG pada tahun 2030 dan memenuhi permintaan makanan untuk lebih dari 8 miliar orang, sekaligus memelihara lingkungan yang sudah rapuh.
Konferensi Regional Asia-Pasifik diadakan setiap dua tahun sekali, dan sesi ke-35 akan diadakan di Bhutan pada 17-20 Februari. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dijadwalkan untuk menghadiri dan akan memimpin peluncuran regional Pertanian Dekade Keluarga PBB di Konferensi Regional Asia Pasifik (APRC).