EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengatakan, belum ada dampak secara langsung atas wabah virus corona yang ditemukan di Wuhan, China terhadap investasi di Indonesia. Namun, dampak langsung terhadap realisasi investasi dari China akan dirasakan ketika situasi ini terus belangsung hingga dua sampai tiga bulan ke depan.
"Saya katakan, kalau sampai dua/tiga minggu masih ok, tapi kalau sudah di atas dua bulan, ini perlu kita kaji dan pasti ada dampaknya. Kecil atau besar saya belum memutuskan, tapi dampaknya ada," ujar Bahlil di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Senin (3/2).
Menurut dia, efek virus corona hampir menjangkit semua negara termasuk Indonesia. Sementara ia menyebutkan dalam dua hingga tiga pekan belakangan ini, realisasi investasi dari China masih berjalan seperti biasanya dan belum terganggu.
"Corona, ini kan virus yang dampaknya bukan hanya Indonesia tapi hampir semua negara. Kalau ditanya dampaknya secara langsung sekarang belum, tapi kalau ini bertahan terus sampe dua/tiga bulan otomatis ada dampaknya. Seberapa besar dampaknya ini yang lagi kita hitung sekarang," kata Bahlil.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, yang paling terpukul dari wabah virus corona adalah sektor pariwisata Tanah Air. Sebab, sebagian wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berasal dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Selain itu, menurut Airlangga, supply chain akan terkena dampaknya. Akan tetapi, Indonesia masih agak beruntung karena pasokan spare part otomotif dari Wuhan, China tidak terlalu berpengaruh terhadap industri otomotif di Indonesia.
Namun, industri otomotif dan elektronik dunia terpengaruh. Kendati demikian, kata Airlangga, Indonesia masih mengawasi dampak terhadap industri lain seperti makanan, minuman, dan lainnya.
"Tetapi kalau kita mengurangi impor dari China berarti kita ada pengurangan defisit impor dari China. Kita carikan alternatifnya," ujar Airlangga di lokasi yang sama.
Di sisi lain, lanjut dia, impor dari China dalam bentuk makanan dan minuman ataupun bahan baku sebagian besar pun bukan berasal dari China. "Tentu ini yang akan kita akan lihat lagi," kata Airlangga.