EKBIS.CO, JAKARTA -- Penangguhan penerbangan ke Cina oleh maskapai global karena epidemi virus korona baru, berimbas pada turunnya permintaan bahan bakar jet. Tercatat, margin harga minyak mentah Asia untuk bahan bakar jet pada Januari ini mengalami penurunan terbesar selama lebih dari satu dekade terakhir.
Margin harga penyulingan untuk bahan bakar jet JETSGCKMc1 turun 34 persen pada Januari. Bahan bakar penerbangan ditutup dengan angka 9,61 dolar AS per barel di atas minyak mentah Dubai, merosot 17 persen dari pekan lalu.
Korban jiwa dari virus corona yang berasal dari kota Wuhan, China terus bertambah menjadi 361 orang dan sejauh ini virus telah menyebar ke lebih dari 20 negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan masyarakat global.
“Saat ini di China, wisata perjalanan (domestik dan internasional) semuanya telah ditangguhkan. Rute penerbangan utama mungkin dipertahankan untuk memenuhi permintaan yang tersisa tetapi maskapai penerbangan kemungkinan akan mengurangi frekuensi penerbangan untuk menghemat biaya. Ini akan berdampak pada permintaan jet secara signifikan," kata analis di konsultan energi FGE, Sandy Kwa seperti dilansir Reuters, Senin (3/2).
Meski virus korona baru atau Novel 201 Coronavirus (2019-nCoV) berimbas pada loyonya perjalanan udara, namun Kwa cukup yakin masalah ini akan berangsur membaik dan segera kembali normal. Terkecuali, terjadi pemburukan wabah.
"Virus corona Wuhan sangat mengurangi perjalanan udara dalam waktu dekat, tetapi secara bertahap akan pulih. Tepatnya pada periode perjalanan liburan musim panas, kecuali jika ada pemburukan wabah virus atau perubahan radikal dalam kebijakan pemerintah," tambah Kwa.
Ketakutan akan penyebaran wabah virus 2019-nCoV membuat masyarakat harus membatalkan perjalanan mereka selama libur Tahun Baru Imlek.
Saat ini, industri travel bahkan lebih bergantung pada wisatawan China. Permintaan bahan bakar jet diperkirakan akan jatuh dalam kisaran 170.000 sampai 300 ribu barel per hari karena pembatasan perjalanan.
Pabrik penyulingan terbesar di Asia, Sinopec memotong throughput bulan ini sekitar 600.000 barel per hari (bph) karena melemahnya permintaan bahan bakar. Seorang pedagang yang berbasis di Singapura mengatakan pengurangan produksi Sinopec akan membantu menyeimbangkan pasar.