Selasa 04 Feb 2020 08:42 WIB

BI Komitmen Jaga Inflasi Tahunan di Level 2-4 Persen

BI mencatat kelompok inflasi inti yang tetap terkendali

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi
Foto: Republika
Inflasi

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2020 masih tetap rendah dan terkendali. Inflasi IHK pada Januari 2020 tercatat sebesar 0,39 persen (mtm), dan 2,68 persen (yoy), menurun dari inflasi Desember 2019 sebesar 2,72 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko menyampaikan IHK ini dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti yang tetap terkendali dan kelompok administered yang mencatat deflasi. Meskipun inflasi volatile food mengalami peningkatan.

Baca Juga

"Dengan perkembangan tersebut, ke depan, Bank Indonesia akan terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah," katanya melalui keterangan pers, Senin (4/2).

BI berkomitmen memastikan inflasi 2020 tetap rendah dan stabil dalam sasarannya antara 2-4 persen. Inflasi inti tercatat sebesar 0,19 persen (mtm) dan dinilai tetap terkendali sehingga mendukung terjaganya inflasi.

Inflasi inti dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan kenaikan harga komoditas emas global, serta kenaikan tarif kontrak rumah, upah tukang bukan mandor, dan mobil sesuai pola musiman pada awal tahun.

Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,88 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,02 persen (yoy). Onny mengatakan inflasi inti  yang tetap terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan BI dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya.

Kelompok administered prices yang mencatat deflasi juga mendukung terjaganya inflasi. Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,28 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan perkembangan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,63 persen (mtm).

Deflasi tersebut terutama didorong oleh kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Khusus (BBK) dan normalisasi tarif berbagai angkutan pasca libur akhir tahun. Meskipun aneka rokok mencatat inflasi sebagai dampak kenaikan cukai tembakau.

"Secara tahunan, komponen administered prices mencatat inflasi sebesar 0,64 persen (yoy), meningkat dari 0,51persen (yoy) pada bulan sebelumnya," katanya.

Inflasi volatile food meningkat akibat kenaikan harga beberapa komoditas pangan. Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 1,93 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,86 persen (mtm).

Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh dampak banjir di sebagian daerah sehingga mempengaruhi produksi dan distribusi beberapa komoditas volatile food. Beberapa komoditas yang mencatat kenaikan harga antara lain aneka cabai, ikan segar, minyak goreng, beras, aneka bawang, kentang, dan tomat.

Sementara itu, komoditas lainnya seperti daging ayam ras dan telur ayam ras mencatat deflasi. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 4,13 persen (yoy), melambat dari 4,30 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement