EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia pada tahun ini mentargetkan produksi konsentrat tembaga 1 juta ton lebih. Angka produksi ini naik dibandingkan pada 2019 lalu yang sebesar 1,2 juta ton konsentrat.
Juru Bicara Freeport Indonesia, Riza Pratama menjelaskan produksi ini memang naik karena mulai tahun ini perusahaan mulai memproduksi konsentrat tembaga dari tambang bawah tanah. "Semoga lebih tahun ini (konsentrat) pokoknya lebih dari tahun lalu. Tahun ini full underground. Mudah mudahan bisa," ujar Riza di DPR, Rabu (19/2).
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas juga menjelaskan pada tahun ini perusahaan akan menggelontorkan dana sebesar 1 miliar dolar AS untuk pengembangan tambang bawah tanah. Meski memang produksi belum maksimal, Tony menjelaskan pada tahun ini tambang bawah tanah akan memproduksi paling tidak 75 persen dari total produksi. Sisanya, perusahaan akan mengambil dari stok pile.
Tony merinci memang sejak 2019 kemarin produksi perusahaan turun karena tambang terbuka sudah habis ditambang. Namun, perusahaan menjamin produksi akan terus naik hingga 2021 mendatang sebagai pick produksi yang didapat dari tambang bawah tanah.
"2019 dan 2020 adalah penurunan drastis, sekitar 50 persen dari kapasitas normal. Harapannya pada 2021 bisa meningkat 75-80 persen, 2022 sampai 100 persen normal atau 220 ribu ton bijih per hari," ujar Tony.
Ia merinci produksi tambang bawah tanah ini diambil dari DOZ Block Cave dan DMLZ Block Cave. Perusahaan akan memakai teknik pertambangan yang berbeda dari sebelumnya pada open pit. Sebab, pada tambang bawah tanah ini perusahaan akan memulai menggali dari bawah.
"Jadi ini tekniknya adalah kami mengambil bijih paling bawah. Berbeda pada tambang open pit, Sebelum diambil bijinya maka perlu kita taruh batuan penutupnya. Nah, karena sudah gak ada grasberg, maka gak ada lagi. Jadi underground mining ini langsung bijihnya," ujar Tony.