Jumat 28 Feb 2020 22:34 WIB

Indonesia Diprediksi Tidak Bisa Hindari Resesi Ekonomi

Penghambat terbesar pertumbuhan ekonomi dunia adalah virus Corona

Rep: Ali Mansur/ Red: Hiru Muhammad
 Polisi berjaga di rumah sakit Schiavonia, dekat Padova, di mana tes untuk virus corona dilakukan terhadap warga di Veneto, Italia utara, Sabtu (22/2). Italia melaporkan 80 kasus positif corona terjadi di negaranya.
Foto: EPA
Polisi berjaga di rumah sakit Schiavonia, dekat Padova, di mana tes untuk virus corona dilakukan terhadap warga di Veneto, Italia utara, Sabtu (22/2). Italia melaporkan 80 kasus positif corona terjadi di negaranya.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Kamrussamad menyatakan perekonomian global diprediksi akan tumbuh paling lambat tahun ini sejak era resesi besar 2009. Penghambat terbesar pertumbuhan ekonomi global awal tahun 2020 ini disebabkan wabah virus korona, yang melemahkan perekonomian Tiongkok. 

"Selain itu, efek perang dagang AS-Tiongkok di akhir tahun 2019, ketidakpastian politik, dan pelemahan ekonomi di Jepang dan sejumlah negara Amerika Selatan juga semakin membebani ekonomi dunia," ujar politikus Partai Gerindra, Jumat (28/2)

Menurut Kamrussamad, dampak pertumbuhan ekonomi riil sudah dirasakan di berbagai negara di Amerika, Asia, dan Eropa. Jepang yang bersikap hati-hati sejak awal atas kemunculan corona tak dapat menghindari dampak ekonomi yang ditimbulkan. Kemudian pergerakan saham di Jepang mengalami kemerosotan tajam akibat reaksi negatif pasar Asia terhadap dunia. 

"Sementara indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi pertama Jumat (28/2) ditutup anjlok 4,04 persen menjadi di level 5.311. Bahkan, indeks sempat menyentuh level terendah di 5.288 hari ini, atau turun hingga 4,46 persen," tuturnya.

Bank Dunia maupun International Monetary Fund (IMF) pesimis dan mengkoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia 2020 menjadi 3,3 persen dari sebelumnya 3,4 persen. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 di angka 5,1 persen. Proyeksi tersebut dikeluarkan Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects: Slow Growth, Policy Challenges.

Kamrussamad menjelaskan, tanda-tanda resesi global sudah sangat nyata. Bank Sentral AS (The FED) dan Bank Sentral Eropa (ECB) mulai menurunkan suku bunga dan memberikan kelonggaran moneter (quantitative easing) untuk melawan bahaya resesi. 

"Bahkan ECB juga minta kepada negara anggota Uni Eropa agar memberlakukan kebijakan fiskal untuk memberi stimulus dan mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

Untuk mengantisipasi resesi global, pemerintah Indonesia merancang penguatan ekonomi domestik maupun menghadapi pelemahan ekonomi global dengan mempercepat realisasi Kartu Prakerja. Juga penambahan nilai untuk Kartu Sembako, insentif sektor pariwisata hingga sektor perumahan dengan nilai anggaran mendekati Rp 10 triliyun.

Kamrussamad meminta Pemerintah harus jujur dan tidak perlu malu, mengoreksi target pertumbuhan ekonomi melalui pembatalan atau penundaan  sejumlah proyek jangka panjang. Diantaranya, pemindahan IKN, pembangunan infrastruktur pusat destinasi wisata prioritas. Karena wisatawan mancanegara jelas mengalami penurunan drastis karena Covid-19 yang tidak bisa diprediksi sampai kapan.

"Pemerintah sebaiknya segera mendorong gerakan penghematan nasional dengan fokus pelarangan perjalanan keluar negeri bagi pejabat-pejabat Pemerintah," tegas Kamrussamad. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement