EKBIS.CO, JAKARTA -- Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2020 tetap rendah dan terkendali yakni 0,28 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,39 persen (mtm), kata Bank Indonesia (BI).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti yang rendah, kelompok "administered prices" yang kembali mencatat deflasi, serta inflasi "volatile food" yang melambat."Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK tercatat tetap rendah 2,98 persen (yoy), meskipun sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi Januari 2020 sebesar 2,68 persen (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangannya di Jakarta, Senin (2/3).
Ke depan, kata Onny, BI akan terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi 2020 tetap rendah dan stabil dalam sasarannya sebesar 3,0 persen plus minus 1 persen.
Dijelaskan, inflasi inti menurun sehingga mendukung terjaganya inflasi. Inflasi inti tercatat 0,14 persen (mtm), sedikit menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,19 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi inti tercatat 2,76 persen (yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,88 persen (yoy).
Inflasi inti yang tetap terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan BI dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya.
Sementara kelompok "administered prices" kembali mencatat deflasi. Kelompok administered prices mengalami deflasi 0,11 persen (mtm), melanjutkan perkembangan deflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,28 persen (mtm).
Perkembangan deflasi ini dipengaruhi oleh penurunan harga tarif angkutan udara dan Bahan Bakar Khusus, sedangkan harga rokok kretek filter, rokok putih, dan Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) meningkat.
Secara tahunan, komponen "administered prices" mencatat inflasi 0,54 persen (yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan inflasi "administered prices" pada bulan sebelumnya sebesar 0,64 persen (yoy).
Inflasi "volatile food", kata Onny, menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi kelompok "volatile food" tercatat 1,27 persen (mtm), melambat dibandingkan dengan inflasi Januari 2020 sebesar 1,93 persen (mtm).
Namun demikian, perkembangan inflasi "volatile food" ini lebih tinggi dari rerata lima tahun terakhir yang tercatat deflasi 0,76 persen (mtm), antara lain disebabkan oleh gangguan pasokan pangan akibat kondisi cuaca yang kurang menguntungkan.
Beberapa komoditas "volatile food" yang mencatat kenaikan harga antara lain bawang putih, aneka cabai, dan minyak goreng. Secara tahunan, inflasi kelompok "volatile food" tercatat 6,68 persen (yoy), meningkat dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,13 persen (yoy).