EKBIS.CO, WASHINGTON -- Sejumlah maskapai penerbangan terkemuka Amerika Serikat (AS) ‘menyingkirkan’ proyeksi pertumbuhan 2020 di tengah imbas virus corona terhadap industri penerbangan. Mereka bahkan berencana memangkas komponen biaya produksi sebagai langkah penghematan.
United Airlines memperingatkan adanya pukulan besar di sektor ini. Presiden United Airlines Scott Kirby mengatakan, pihaknya sedang mempersiapkan ‘skenario mengerikan’ dengan asumsi pendapatan dapat turun 70 persen pada April dan Mei, serta turun 20 persen pada November dan Desember.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (10/3), sektor penerbangan mengalami hantaman keras ketika wisatawan berbondong-bondong membatalkan perjalanan karena takut dengan penyebaran virus corona maupun dipaksa regulasi pemerintah. Perjalanan bisnis pun terhenti atas epidemi yang menyebar dengan cepat ini.
United yang berbasis di Chicago telah mengambil sejumlah langkah paling agresif sampai saat ini. Di antaranya menambah modal baru 2 miliar dolar AS untuk membawa likuiditas menjadi 8 miliar AS dan memangkas pengeluaran modal tahun ini hingga sepertiga menjadi sekitar 4,5 miliar dolar AS.
Kirby menyebutkan, setidaknya butuh waktu 18 bulan agar permintaan terhadap industri penerbangan kembali pulih. "Saya ingin terus terang. Berbicara tentang United, harapan bukanlah strategi untuk saat ini," kata Kirby kepada investor dalam acara konferensi.
Saat ini, United tidak menerima pengiriman jet dan tidak akan menambah kapasitas sampai melihat tanda-tanda permintaan membaik. Maskapai ini memperkirakan, perusahaan akan membukukan kerugian kuartal pertama karena krisis. Kirby bersama CEO United Airlines Oscar Munoz bahkan akan menunda pembayaran gaji mereka sampai 30 Juni.
Maskapai besar lainnya, Delta, memproyeksikan laba bersih turun sebanyak 25 persen hingga 30 persen. Mereka juga memprediksikan, situasi ini akan semakin memburuk.
"Ini jelas bukan peristiwa ekonomi. Ini adalah peristiwa menakutkan, mungkin lebih mirip dengan apa yang kita lihat di kejadian 9/11 (serangan 11 September) dibandingkan yang kita lihat pada 2009," ujar CEO Delta, Ed Bastian.
Delta memangkas kapasitas domestik sebesar 10 persen hingga 15 persen, sementara kapasitas internasional dipangkas lebih besar, yakni 20 persen sampai 25 persen. Perusahaan juga membekukan perekrutan di seluruh perusahaan, menawarkan opsi cuti sukarela kepada staf dan membuka kemungkinan pensiun dini bagi pesawat yang lebih tua.
CEO Southwest Gary Kelly melakukan kebijakan serupa. Ia mengatakan kepada karyawannya akan memotong gaji 10 persen agar perusahaan dapat hadapi krisis. Southwest mencatat, virus corona telah menghapus pendapatan operasional kuartal pertamanya hingga 300 juta dolar AS.
Apabila dibandingkan krisis pada 2008-2009, perusahaan penerbangan AS sebenarnya lebih siap dalam menghadapi krisis sekarang. Sebab, mereka kini memiliki neraca pembayaran yang kuat, tingkat utang jauh lebih rendah dan cadangan kas cukup besar. Tapi, mereka tetap harus melakukan pemotongan biaya dan menggunakan biaya modal tambahan agar tetap bertahan.
CEO American Airlines Doug Parker mengatakan, pihaknya memiliki modal tersisa 7,3 miliar dolar AS. Mereka mengincar penghematan sejumlah komponen seperti mengurangi kelas pelatihan pilot.
American Airlines memangkas kapasitas domestik 7,5 persen pada April dan internasional 10 persen untuk musim panas mendatang. Mereka jugua memperkirakan penurunan harga bahan bakar dapat membantu perusahaan menghemat 3 miliar dolar AS pada 2020.
American, Delta dan United telah menangguhkan buyback saham. Mereka siap mengambil tindakan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk meningkatkan permintaan, maskapai besar AS mengizinkan penumpang untuk memesan kembali (re-book) tiket hingga 30 April tanpa perlu membayar biaya pengubahan tanggal. Beberapa maskapai lain bahkan memotong harga di sejumlah rute. Sebut saja Alaska Airlines yang mengiklankan harga tiket serendah 25 dolar AS sekali jalan. Sementara, Spirit Airlines berencana memotong tarif hingga 70 persen.