EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mulai membuka peluang penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) menyusul anjloknya harga minyak mentah di pasar dunia ke kisaran 30 dolar AS per barel. Dalam sambutan rapat terbatas melalui video conference, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk menghitung dampak dari penurunan harga minyak mentah terhadap perekonomian nasional.
"Saya minta dikalkulasi dampak dari penurunan ini pada perekonomian kita terutama BBM, baik BBM bersubsidi atau nonsubsidi. Kita harus merespons dengan kebijakan yang tepat dan kita juga harus bisa memanfaatkan momentum dan peluang ini, dari penurunan minyak ini, untuk perekonomian negara kita," jelas Jokowi dari Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (18/3).
Kendati tidak secara lugas menyampaikan peluang penurunan harga, namun desakan kepada pemerintah untuk menurunkan harga BBM menyusul merosotnya harga minyak mentah dunia semakin deras. Presiden pun meminta jajarannya untuk menghitung berapa lama penurunan harga minyak mentah terjadi dan proyeksi harga ke depan. Perhitungan ini akan digunakan sebagai dasar bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan lanjutan, termasuk bila ada penurunan harga BBM.
Penurunan harga minyak mentah dunia terus terjadi karena dua produsen utama, Arab Saudi dan Rusia, enggan memangkas angka produksinya di tengah kekhawatiran penurunan permintaan. Permintaan yang menurun disebabkan oleh sentimen terhadap penyabaran Covid-19 yang sudah ditetapkan sebagai pandemi global.
Pada perdagangan Selasa (17/3) sore, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 1,75 dolar AS, atau 6,1 persen, menjadi menetap pada 26,95 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 1,32 dolar AS atau 4,39 persen, menjadi ditutup pada 28,73 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmi Radhi menilai salah satu penyebab anjloknya harga minyak dunia karena kelebihan pasokan. Ia menjelaskan langkah Rusia untuk menolak penurunan produksi membuat harga minyak dunia semakin menurun.
"Harga minyak dunia turun drastis penyebabnya kelebihan pasokan. OPEC berupaya menurunkan produksi hingga 1,5 juta barrel. Tapi negara non-OPEC, utamanya Rusia menolak menurunkan produksi," ujar Fahmi.
Fahmi menilai kondisi ini bisa disikapi pemerintah dengan mendorong Pertamina untuk menurunkan harga BBM. Tak hanya BBM beroktan tinggi saja, penurunan harga minyak dunia ini bisa juga mendorong penurunan harga BBM bersubsidi.
"Dengan penurunan harga minyak dunia hingga mencapai rata rata 40 dolar AS per barel, Pertamina harus segera menurunkan semua harga BBM, baik harga BBM non-subsidi, maupun harga BBM subsidi," ujar Fahmi.