EKBIS.CO, DUBAI – Sejumlah bank di negara-negara Teluk harus kehilangan pendapatan di kuartal penting ini akibat wabah virus corona (Covid-19). Transaksi dan aktivitas pinjaman hampir terhenti menjelang Ramadhan pada April dan diperkirakan meluas memasuki musim panas.
Seperti dilansir di Reuters, Rabu (18/3), kesepakatan telah dibatalkan. Misalnya, Initial Public Offering (IPO) Amlak International for Real Estate Finance Company (Amlak) yang berbasis di Arab Saudi dan sukuk atau obligasi Islam yang diterbitkan oleh Dubai Islamic Bank (DIB). Tapi, baik Amlak dan DIB masih belum menanggapi hal tersebut.
Seorang bankir berbasis Dubai yang menolak disebutkan namanya mengatakan, segala kegiatan perbankan telah melambat dan menjadi macet. "Tidak ada hal baru yang datang," ujarnya.
Ia menambahkan, bank sedang meninjau kinerja portofolio mereka dan mengidentifikasi klien yang akan terkena dampak.
Data dari Refinitiv untuk wilayah Teluk Arab menunjukkan, tidak ada penawaran pasar modal pada kuartal pertama dengan pasar modal utang turun 36,3 persen. Sementara, merger dan akuisisi anjlok 86,1 persen.
Beberapa bankir melihat beberapa bulan mendatang sebagai momentum untuk write off (penghapusbukuan) mengingat tidak ada aktivitas berarti. Kondisi ini diperkirakan berlangsung sampai kuartal keempat.
Bankir Teluk berikutnya menyebutkan, tidak ada pihak yang mencari pembiayaan saat ini. Pihak perbankan bahkan sudah menerbitkan segala instrumen di pasar modal dan menawarkan langsung. "Semua tanggapannya adalah tidak," katanya.
Menurutnya, penerbit obligasi sudah melihat bahwa tidak ada pasar yang menginginkan pembiayaan. Mereka berharap ada perbaikan di kuartal berikutnya, sampai setidaknya di bulan Oktober atau September.
Negara-negara Teluk telah mengumumkan paket-paket stimulus untuk mendukung ekonomi mereka yang bergantung pada hidrokarbon yang juga terpukul dengan penurunan harga minyak. Kondisi ini terjadi di tengah langkah-langkah drastis yang mereka ambil untuk menahan penyebaran virus Covid-19. Banyak yang menginstruksikan bank untuk memberikan tenggang waktu pembayaran pinjaman untuk perusahaan swasta.
Bank-bank sentral di kawasan tersebut, di mana mata uang ditetapkan dengan dolar AS, telah mengikuti kebijakan Federal Reserve dalam memangkas suku bunga.
Seorang analis perbankan di EFG Hermes, Shabbir Malik, memproyeksikan akan ada penurunan 18 persen terhadap pendapatan bank di Uni Emirat Arab (UAE) yang merupakan pusat keuangan dari negara-negara Teluk. Penurunan dikarenakan tren suku bunga yang juga turun.
Beberapa bankir mengatakan, fokus saat ini adalah membuat kebijakan untuk mengamankan kuartal keempat. "Bisnis sedang buruk untuk semua orang. Tidak bagus," ujar bankir investasi di Dubai.
Zona keuangan Dubai yang biasanya ramai, DIFC, kini menjadi sepi seiring dengan upaya pemerintah dan perusahaan mendorong social distancing.
Bank Wall Street seperti Goldman Sachs dan JPMorgan di Dubai telah menerapkan pendekatan pembagian tim. Beberapa staf bekerja dari rumah, sedangkan yang lainnya masih dari kantor.