EKBIS.CO, JAKARTA -- Stok beras di gudang Bulog hingga menjelang panen raya gabah masih sebanyak 1,5 juta ton. Meski demikian, penyerapan gabah petani pada musim panen rendeng tahun ini akan tetap dioptimalkan demi mencegah jatuhnya harga gabah yang membuat petani merugi.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, menjelaskan, dari total beras yang masih tersedia, sebanyak 850 ribu ton merupakan beras impor yang didatangkan tahun 2018. Sisanya merupakan beras dari pengadaan lokal yang diserap dari petani.
Tri menilai dengan ketersediaan beras saat ini, Bulog masih memiliki ruang besar untuk melakukan penyerapan karena total kapasitas terakhir sebesar 3,6 juta ton. "Tidak ada masalah, kami sekarang juga terus menyerap. Sudah 65 ribu ton gabah yang diserap. Justru kita berharap panen tidak terganggu cuaca," kata Tri di Jakarta, pekan ini.
Ia mengatakan, Bulog mulai tahun ini mengutamakan penyerapan dalam bentuk gabah. Hal itu agar Bulog bisa mengolah beras secara penuh sesuai kualitas yang diinginkan. Namun, di beberapa wilayah masih dilakukan penyerapan dalam bentuk beras untuk mempercepat penjualan.
Adapun, total target penyerapan gabah/beras pada tahun 2020 masih belum berubah, yakni 1,2 juta ton sepanjang tahun. Penyerapan gabah maupun bera sudah mulai dilakukan di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat.
Di sisi lain, Tri memprediksi harga gabah juga tidak akan jatuh pada musim panen kali ini. Sebab, bertepatan dengan bulan Puasa dan Lebaran di mana kebutuhan beras masyarakat meningkat. Dengan kata lain, besarnya pasokan dari panen akan diimbangi dengan tingginya permintaan.
Saat ini, rata-rata harga gabah di tingkat petani bervariasi antara Rp 4.000 - Rp 5.000 per kilogram. Sementara, harga acuan pemerintah sebesar Rp 3.700 per kilogram.
"Saya kira momennya nanti akan seimbang sehingga harga stabil. Tahun ini menarik karena panen bertepatan dengan Ramadhan," ujarnya.