EKBIS.CO, JAKARTA -- Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia) melalui inisiatif corporate venture capital Amatil X, secara resmi mengumumkan kerja sama bisnis dengan perusahaan rintisan (startup) Indonesia di bidang logistik yakni Kargo Technologies. Ini bertujuan membantu memperluas strategi bisnis dan proses digitalisasi di Indonesia.
Sebagai salah satu perusahaan penjualan, manufaktur, dan distribusi minuman yang telah beroperasi sejak 1992 di Indonesia, Amatil Indonesia telah melakukan banyak investasi di berbagai fasilitas manufaktur. Diharapkan dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat Indonesia, termasuk dalam pengembangan sistem dan teknologi.
Pada 2015, Amatil Indonesia mengawali perjalanan transformasi digital yang berfokus pada penggerak ekosistem digital di Indonesia demi mendukung Making Indonesia 4.0. Tidak hanya berinvestasi pada teknologi, perusahaan juga fokus pada pembangunan kapabilitas dan menanamkan metodologi lean start-up pada karyawan.
Dengan begitu mereka bisa beradaptasi dalam menghadapi tantangan. Sekaligus berinovasi secara cepat dan menyinergikan strategi bisnis untuk masa depan.
Kargo Technologies sendiri memiliki tujuan men-digitalkan industri angkutan logistik Indonesia. Ini melalui pemanfaatan teknologi, guna mendorong efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.
Lewat teknologinya, pengirim, pengangkut dan pengemudi truk dapat terhubung, bertransaksi dan melacak pengiriman secara real-time, melalui akses situs dan aplikasi seluler. Pada 2019, Kargo mengumumkan telah mengumpulkan pendanaan sebesar 7,6 juta dolar AS.
Pada era Making Indonesia 4.0 ini, Kargo Technologies akan mendukung upaya Amatil Indonesia mengoptimalkan kapabilitas logistiknya. Di antaranya dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada beberapa rute angkutan, terutama truk.
Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz menyampaikan, kerja sama dengan Kargo Technologies merupakan momentum penting bagi perjalanan transformasi Amatil Indonesia. “Sebagai kekuatan di balik merek minuman favorit Indonesia, kami percaya investasi kami di Kargo Technologies akan mendukung ambisi Amatil Indonesia untuk menjadi pemain terkemuka dalam ekosistem
digital di Indonesia," ujar dia melalui siaran pers yang diterima Republika pada Senin, (30/3).
Kargo Technologies, lanjutnya, merupakan investasi awal pertama Amatil di Indonesia. "Kami senang dapat bermitra dengan mereka untuk meningkatkan kemampuan logistik Amatil Indonesia secara keseluruhan. Saat ini, Kargo Technologies sedang memenuhi dua rute transportasi darat utama. Kami harap, strategi tersebut akan terus meningkat seiring dengan perluasan jaringan Kargo Technologies," tutur Kadir.
Ia berharap, kolaborasi ini tidak hanya dapat memperluas bisnis Amatil Indonesia. Melainkan juga menjadi sarana bagi perusahaan dalam berkontribusi terhadap kesiapan tenaga kerja di Industri 4.0 serta pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
CEO Kargo Technologies Tiger Fang menambahkan, logistik yang didukung teknologi merupakan tren yang sudah terbukti di pasar lain meliput India, Cina, dan Amerika Serikat. “Kami sangat senang dapat bekerja dengan Amatil Indonesia agar lebih men-digitalkan dan mengoptimalkan rantai pasokan mereka di Indonesia," kata dia.
Di Indonesia, lanjut dia, logistik jalan mencapai 16 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sekitar 40 miliar dolar AS dari anggaran dihabiskan untuk angkutan truk setiap tahun.
Menurut Tiger, industri ini sangat terfragmentasi, dengan tujuh juta truk beroperasi di 17 ribu pulau. Sebanyak 90 persen perusahaan truk memiliki 100 truk atau kurang, sementara 75 persen memiliki 20 truk atau kurang.
Maka, katanya, Kargo Technologies sedang membangun infrastruktur digital untuk menghadirkan efisiensi bagi sistem logistik Indonesia. “Kargo Technologies menghubungkan bisnis dan kebutuhan pengiriman mereka dengan perusahaan angkutan truk yang memiliki kendaraan, dengan ruang kargo yang tersedia di dekatnya. Hal yang terpenting, Kargo dapat mengambil banyak muatan untuk backhaul. Artinya, truk dapat kembali dengan muatan kosong yang lebih sedikit, sehingga memungkinkan mereka untuk memaksimalkan pendapatan dan mendistribusikan biaya lebih baik,” jelas dia.