Jumat 03 Apr 2020 00:37 WIB

Presiden IIBF: Krisis Ekonomi di Indonesia Hanya Soal Waktu

Corona dinilai mempercepat terjadinya kemungkinan krisis di Indonesia.

Red: Karta Raharja Ucu
Happy Trenggono, President of Indonesian Islamic Business Forum
Foto:

Faktor ketiga adalah fokus pada peluang. Ia menerangkan, krisis terjadi karena daya beli menurun secara meluas. Akibatnya, banyak yang tidak mampu membayar utang, pemasok barang tidak sanggup lepas barangnya, barang menjadi langka, bank kesulitan likuiditas, banyak perusahaan tutup, banyak PHK, dan daya beli turun lebih meluas lagi, demikian terus berputar dalam waktu cepat sehingga kehidupan menjadi sulit. "Namun demikian, hukum keseimbangan itu tidak saling meniadakan, tetapi memberikan keseimbangan. Ketika satu pintu tertutup maka ada pintu lain yang sedang terbuka," ucap dia.

Jadi, menurut Happy, selain meluluhlantakkan tatanan ekonomi, krisis ternyata juga melahirkan kisah-kisah kebangkitan. "Para pengusaha, belajarlah dari Wardah dan Kino. Mereka adalah portofolio sukses produk krisis. Mereka berhasil berselancar dalam gelombang krisis pada 1998 di mana krisis justru menjadi keberkahan tersendiri. Kita doakan semoga krisis kali ini bukan hanya Wardah dan Kino saja yang akan berhasil, tetapi juga semakin banyak perusahaan perusahaan anak bangsa yang berhasil terbang tinggi."

Bagi bangsa Indonesia, Happy berpendapat, hari ini saatnya kita menjadi lebih mandiri dari ketergantungan produk-produk asing. "Tidak perlu buang-buang dolar yang menyengsarakan. Tidak perlu ada defisit neraca perdagangan lagi. Hari ini saatnya kita membela produk bangsa sendiri."

"Perlu komitmen dari pemimpin nasional dan daerah, dari para tokoh. Kita dorong masyarakat untuk menggunakan produk anak bangsa. Dengan cara ini maka p-oduk produk baru akan segera bermunculan. Maka, usaha akan mulai menggeliat. Maka, ekonomi akan berangsur pulih dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya."

Ia berkata, ada lima jenis gelombang saat krisis yang harus kita kenali dan merumuskannya bagaimana kita harus berselancar di atasnya. "Oleh masyarakat, oleh para pengusaha. Kita akan bahas pada waktu yang tepat," kata dia.

Poin terakhir menurut Happy adalah keyakinan. "Tugas pemimpin itu inspire confident. Anda menjadi cermin bagi orang-orang yang anda pimpin. Kalau Anda ragu, semua orang akan lebih ragu. Kalau Anda ciut, semua orang akan takut. Sementara, tidak ada kemenangan yang terjadi dengan modal ragu dan takut," kata Happy.

Allah, kata dia, tidak membebani seseorang kecuali dia sanggup. "Jadi, kalau Allah saja percaya sama kita, kenapa kita tidak percaya dengan diri kita sendiri?"

Menurut Happy, hari ini saatnya kita banyak belajar, banyak mendengar, banyak menimba pengetahuan. Keyakinan lahir karena pengetahuan. Memiliki keyakinan artinya juga memiliki kesabaran. Orang bisa sabar karena dia yakin. Yakin bahwa di balik kesulitan ini ada kemudahan.

"Di saat krisis ini kita terpanggil untuk lebih banyak melakukan kebaikan, lebih banyak berbagi, lebih banyak menolong orang, lebih menunjukkan tanggung jawab sosial. Itu semua cermin keyakinan. Bulatkan tekad dan bertawakallah. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kesulitan yang kita hadapi. Semoga bangsa Indonesia segera terlepas dari kesulitan dan mendapat hikmah dari kesulitan yang hari ini kita hadapi," ucap dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement