Senin 06 Apr 2020 14:01 WIB

Kemenperin Terus Dampingi IKM Otomotif Selama Corona

IKM komponen dan suku cadang otomotif pendukung masih tetap berproduksi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih saat diwawancarai Republika.
Foto: Republika/Prayogi
Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih saat diwawancarai Republika.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya terus mendampingi dan mendukung keberlangsungan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam menghadapi dampak Covid-19 di Indonesia. Maka kementerian mengidentifikasi segala tantangan yang dihadapi IKM di setiap sektor.

Salah satu yang diidentifikasi yakni IKM otomotif. Sektor tersebut memiliki kontribusi cukup besar bagi pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional.

Baca Juga

“Kami sudah membuat matriksnya. Jadi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap pelaku IKM di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui keterangan resmi yang diterima Republika pada Senin, (6/4).

Dari data yang dihimpun Kemenperin, IKM komponen dan suku cadang otomotif pendukung masih tetap berproduksi. Meski sebagian besar mengalami penurunan permintaan dari vendor, Agen Pemegang Merek (APM), hingga pelanggan. Sementara, tingkat ketergantungan IKM otomotif terhadap permintaan tersebut sangat tinggi.

“Sebagai contoh, apabila Honda dan Yamaha berhenti produksi. Maka potensi kerugian sekitar Rp 2 miliar untuk IKM anggota Asosiasi Pengusaha Engineering Karawang (APEK),” ujar Gati.

Salah satu IKM yang bersiap mengantisipasi dampak dari penyebaran Covid-19, yakni PT Gading Toolsindo. Mereka memprediksi jika terjadi lockdown selama dua minggu, usahanya akan mengalami kerugian sekitar Rp 570 juta.

Lalu jika lockdown terjadi selama satu bulan, kerugian yang dialami bisa mencapai Rp 1,3 miliar. Dengan beban bunga kredit sebesar Rp 480 juta.

Sementara data menunjukkan, akses distribusi dan pengiriman masih bisa berjalan sepanjang jalur tol nasional yakni Jakarta-Cikampek dan Pantura. Beberapa jalan itu masih tetap dapat dilalui.

Adapun beberapa kendala yang dihadapi IKM komponen dan suku cadang, meliputi harga bahan baku yang lebih mahal. Sebab dipengaruhi kurs dolar.

Kemudian langkanya ketersediaan masker, penyanitasi tangan, serta mahalnya termometer inframerah, dan peralatan semprot disinfektan. Padahal beragam peralatan tersebut dibutuhkan saat menjalankan protokol kesehatan saat melakukan kegiatan produksi demi mencegah penyebaran Covid.-19.

Terkait imbauan pemerintah bekerja dari rumah atau Work Form Home (WFH), pada karyawan nonproduksi sebagian belum dapat melaksanakannya. Hal itu karena keterbatasan fasilitas seperti tidak tersedianya komputer jinjing atau laptop di rumah.

“Namun telah dilakukan beberapa upaya dalam rangka mendukung Physical Distancing. Selanjutnya untuk penundaan pembayaran kredit atau pinjaman dan subsidi gaji karyawan akan kami usulkan,” kata Gati.

Ia menambahkan, beberapa IKM Komponen otomotif yang tergabung dalam Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia telah memiliki jaringan pemasok dari luar negeri. Di antaranya PT Eran Tekniktama yang memiliki jaringan pemasok mesin pembuat masker dari China.

IKM itu berharap dapat mengantongi izin impor mesin dari China untuk proses produksi membuat masker. Hasilnya nanti bakal didonasikan kepada masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement