EKBIS.CO, JAKARTA -- Pembatasan kegiatan untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah Covid-19 mempengaruhi realisasi pelaksanaan proyek hulu migas. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menegaskan Kontraktor KKS hanya boleh memperlambat kegiatannya, tetapi tidak boleh menghentikan kegiatannya sama sekali.
Dwi Sutjipto menanggapi permintaan beberapa KKKS yang ingin mengajukan force majeure ataupun penghentian kegiatannya di lapangan akibat Covid-19. Menurutnya, industri hulu migas selalu menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan kerja.
"Wabah Covid-19 ini harus dicermati hati-hati. Namun kita tidak harus menghentikan kegiatan dan wajib melakukan penangkalan," ujar Dwi, Ahad (11/4).
Dampak penyebaran Wabah Covid-19 berpengaruh pada realisasi kegiatan pemboran, dan menurunnya permintaan gas dari para pembeli. Penyebaran virus itu juga menghambat realisasi kegiatan operasinal lainnya seperti pelaksanaan kalibrasi alat ukur di lapangan, pelaksanaan evaluasi mutu minyak dan gas bumi, pelaksanaan lifting di beberapa titik pengambilan minyak, mobilisasi crew change dan pergerakan barang di lapangan, pergerakan material khususnya yang terkait dengan long lead item.
Usaha penangkalan penyebaran Covid-19 yang dilakukan di lapangan, antara lain memberlakukan isolasi mandiri pada pekerja yang akan melakukan crew change, menyiapkan ruang isolasi serta melakukan pengecekan ketat terhadap kesehatan pekerja. SKK Migas juga melakukan koordinasi dengan para pimpinan daerah di wilayah operasi hulu migas khususnya terkait mobilisasi pekerja dan barang.
SKK Migas juga berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan terhadap kebutuhan mendesak pergerakan pekerja dari luar negeri yang dibutuhkan oleh industri hulu migas.
Ia mengatakan, kegiatan Hulu migas tidak lagi hanya berperan sebagai sumber penerimaan negara, namun telah menjadi penggerak ekonomi nasional dengan multiplayer effect di berbagai bidang seperti ekonomi, lapangan kerja, TKDN dan lainnya. "Dengan terus bergeraknya industri hulu migas maka dapat menjadi urat nadi perekonomian nasional ditengah perlambatan aktivitas ekonomi," tambah Dwi.
Akibat hambatan-hambatan tersebut, progress beberapa proyek hulu migas yang dijadwalkan onstream di tahun 2020 menjadi lebih lambat dibanding rencananya. Progres proyek pengembangan Lapangan Bukit Tua Phase 3 oleh PCK2L lebih rendah dari target karena rig terlambat masuk ke lokasi. Pelambatan akibat Covid-19 juga terjadi di proyek pemasangan kompresor Betung yang dilakukan Pertamina EP SF Aset 2.
Proyek yang seharusnya sudah selesai, baru mencapai 69,8 persen karena terkendala oleh FAT, transportasi dan instalasi kompresor karena sebagian sumber daya manusia yang dibutuhkan pada proyek tersebut merupakan warga Malaysia dan India yang saat ini lock down akibat Covid-19.
Pengembangan Lapangan Cantik oleh Sele Raya Belida juga terhambat akibat penyebaran virus tersebut. Proses overhaul gas kompresor terhenti akibat area workshop berada di zona merah dan adanya pembatasan mobilisasi pekerja oleh pemerintah daerah.
Proyek pemasangan kompresor SKH-19 Musi Timur oleh PT Pertamina EP juga terhambat karena fabrikasi peralatan pendukung yang terlambat didatangkan dari Italia akibat terdampak Covid-19. Kasus yang sama juga terjadi di proyek pengembangan Peciko BA oleh Pertamina Hulu Mahakam yang melambat realisasi kegiatannya karena peralatan didatangkan dari daerah pandemic Covid-19, yaitu China.