EKBIS.CO, JAKARTA -- Anak usaha PT. Pertamina (Persero), Pertamina EP (PEP) pada kuartal pertama tahun ini bisa membukukan laba sebesar 169 juta dolar AS. Jika dibandingkan tahun lalu, ada kenaikan laba pada tahun ini, sebab tahun lalu PEP membukukan laba 167 juta dolar AS.
Direktur Utama PEP, Nanang Abdul Manaf menjelaskan, laba tersebut didapat perusahaan dari pendapatan sebesar 640 juta dolar. Meski memang jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu turun. Penurunan pendapatan tersebut karena anjloknya harga minyak.
“Rata-rata harga minyak pada kuartal I tahun ini sebesar 50,66 dolar AS per barel dan gas sebesar 6,01 dolar AS per MMBTU,” ujar Nanang, Rabu (29/4).
Nanang menjelaskan, dari sisi operasional, kinerja produksi minyak dan gas Pertamina EP (PEP) sepanjang Januari-Maret 2020 sebesar 247 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD). Produksi minyak tercatat 81.351 BOPD dan produksi gas sebesar 957 MMSCFD.
Kontributor utama produksi minyak PEP berasal dari PEP Asset 5 yang mencapai 18.700 BOPD atau 23 persen dari total produksi. Sedangkan PEP Asset 2 dengan produksi sebesar 17.300 BOPD atau 21persen dari total produksi minyak PEP.
Untuk gas, PEP Asset 2 tercatat sebagai kontributor terbesar dengan produksi 371,6 MMSCFD atau 39 persen dari total produksi. Sedangkan PEP Asset 3 dengan produksi sebesar 268,7 MMSCFD atau 28 persen dari total produksi gas PEP.
Menurut Nanang, seiring penurunan harga minyak yang signifikan, PEP telah membuat prioritas program kerja agar lebih efisien dan optimal. Untuk itu, PEP memanfaatkan aset yang ada dan berupaya melakukan substitusi.
“Kami juga melakukan pembicaraan ulang untuk kontrak jangka panjang dan kontrak yang belum dimulai agar memperoleh nilai penghematan,” kata Nanang.
Selain itu, PEP melakukan survei pasar dan memaksimalkan informasi harga terkini sebagai referensi tambahan saat negosiasi agar mendapatkan harga terbaik
Program kerja yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi dan produksi migas juga akan ditunda. Selain itu, PEP juga mengupayakan secara maksimal penggunaan mata uang rupiah dalam bertransaksi.
“Kami juga menyiapkan rencana-rencana skenario mengenai business continuity dalam mencapai target rencana kerja 2020,” kata Nanang.