Jumat 01 May 2020 14:49 WIB

Masih Mahal, Kementan Bakal Datangkan Bawang Merah dari NTB

Harga normal bawang merah berkisar Rp 35 ribu per kg di tingkat konsumen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petani bawang merah di Pati panen, untuk menjamin stok bawang selama Ramadhan.
Foto: kementan
Petani bawang merah di Pati panen, untuk menjamin stok bawang selama Ramadhan.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Komoditas bawang merah masih mengalami kenaikan harga di pasar secara nasional. Kenaikan dipicu oleh belum adanya produksi dari sentra utama bawang merah di Brebes, Jawa Tengah.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat hingga Kamis (30/4) bawang merah secara nasional dihargai Rp 46.200 per kilogram (kg), naik dari posisi akhir pekan lalu Rp 44.750 per kg. Harga normal bawang merah berkisar Rp 35 ribu per kg di tingkat konsumen.

Baca Juga

Kepala Distribusi Cadangan Pangan Kementerian Pertanian, Inti Pertiwi, mengatakan, sentra produksi bawang merah di berbagai wilayah Jawa, terkecuali Brebes masih aktif berproduksi karena bertepatan dengan waktu panen. Hanya saja, kata Inti, pasokan yang dihasilkan belum cukup untuk memenuhi permintaan.

"Suplai ke pasar memang sedikit, tapi bukan akibat penerapan PSBB. Memang produktivitas di Jawa turun makanya ada kecenderungan harga naik," kata Inti kepada Republika.co.id, Jumat (1/5).

Ia menuturkan, Brebes belum memasuki masa panen lantaran terjadi keterlambatan pada masa tanam yang baru terealisasi pada Maret dari jadwal normal Februari. Sementara, produksi dari sentra lain mengalami penurunan produktivitas karena bersamaan dengan musim penghujan.

Oleh karena itu, pihaknya bakal mendatangkan bawang merah dari sentra di Bima, Nusa Tenggara Barat ke daerah-daerah yang membutuhkan. Terutama, di wilayah Jabodetabek lantaran bawang merah telah dihargai lebih dari Rp 50 ribu per kg.

Menurut Inti, sentra produksi di Bima dalam situasi normal dan terus dalam masa panen. Adapun harga bawang merah dari petani sekitar Rp 27 ribu per kilogram. "Kalau misalnya harga terus naik di Jakarta, saya akan datangkan dari Bima. Brebes baru panen sekitar akhir Mei jadi kita sambil menunggu," kata Inti.

Hanya saja, kata Inti, Kementan harus mencari pihak pasar yang mau menerima pasokan tersebut. Sebab, meski harga naik belum ada permintaan tambahan dari pedagang pasar.  Sejauh ini, kata Inti, sesuai tugas pokok dan fungsi, Kementan hanya dapat membantu suplai pasokan pangan lewat Pasar Mitra Tani yang dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan Kementan.

Ketua Kelompok Petani Pamali Satu di Bima, NTB, Firdaus mengatakan, sejauh ini musim panen bawang merah tidak pernah putus. Puncak produksi terjadi pada bulan April-Oktober setiap tahunnya. Adapun, rata-rata produksi musim hujan sekitar 8-10 ton per hektare dan musim kemarau 12-15 ton per hektare.

"Panen kita sebenarnya tidak pernah putus, kalau untuk memasok ke Jakarta kita siap saja. Harga juga stabil," katanya saat dihubungi Republika.co.id.

Ia menjelaskan, untuk kualitas pertama bawang merah dihargai Rp 32 ribu per kg dari petani. Adapun untuk kualitas menengah berkisar Rp 26 ribu - Rp 29 ribu per kg. Firdaus mengatakan, selama ini Bima sudah menjadi salah satu pemasok bawang merah ke wilayah Jawa dan Papua.

Namun, ia mengakui bahwa kebanyakan tengkulak bawang merah yang memasarkan produk ke berbagai pulau di Indonesia berasal dari Jawa. "Sebetulnya bawang merah dari Bima juga banyak di Jawa, karena itu yang dipakai untuk memasok bawang ke banyak wilayah," tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement