EKBIS.CO, JAKARTA – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, peningkatan bantuan sosial (bansos) menjadi kunci utama menopang ekonomi Indonesia yang tercatat melambat menjadi 2,97 persen pada kuartal pertama. Tambahan bansos akan mampu mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang berperan hingga 58,14 persen terhadap struktur Produk Domestik Bruto (PDB).
Tauhid menjelaskan, jumlah bantuan sosial yang diberikan pemerintah sejauh ini masih kurang. Khususnya di tengah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan physical distancing yang menghambat aktivitas ekonomi masyarakat kelas bawah maupun menengah.
"Jumlahnya kurang, baiknya ditambah dua sampai tiga kali lipat," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/5).
Prioritas itu patut dijalankan, terutama mengingat konsumsi rumah tangga yang selama ini jadi tumpuan ekonomi Indonesia mengalami pelambatan. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhannya pada kuartal pertama tahun ini hanya 2,84 persen, melambat signifikan dibandingkan kuartal pertama tahun lalu, 5,02 persen.
Selain itu, pemerintah juga harus memperbaharui dan memperluas sasaran prioritas bantuan sosial yang selama ini menggunakan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial.
Menurut Tauhid, data tersebut masih berbasiskan tahun 2016, sehingga tidak update dengan situasi terbaru. Saat ini, diketahui banyak kelompok menengah berada di jurang kemiskinan karena penghasilan turun drastis atau kehilangan pekerjaan. Sedangkan, DTKS masih terfokus pada 40 persen masyarakat terbawah.
Untuk menambah bansos, Tauhid menjelaskan, pemerintah tidak perlu memperlebar defisit APBN yang diprediksi mampu mencapai 5,07 persen atau lebih dari Rp 800 triliun sampai akhir tahun. Pemerintah dapat memanfaatkan anggaran Rp 150 triliun yang ditujukan untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Kan itu baru digunakan untuk subsidi bunga UMKM, sisanya belum ada program, jadi bisa direalokasikan untuk bansos," katanya.
Realokasi lebih maksimal juga bisa dilakukan. Tauhid memberikan contoh, anggaran modal belanja pemerintah yang rasanya sulit dibelanjakan sampai akhir tahun. Sekalipun pandemi sudah mulai normal pada pertengahan tahun, pengadaan barang dan jasa akan sulit dilakukan pada kuartal keempat.
Terlepas dari itu, Tauhid mengakui, PSBB berperan penting dalam pelambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama. Khususnya, bagi kelas menengah yang biasa menjadi penyumbang konsumsi paling besar.
Biasanya, kelompok tersebut berbelanja non-makanan lebih tinggi, seperti pendidikan dan wisata, Tapi, seiring PSBB dan restriksi bepergian, mereka cenderung memilih menabung. "Savingnya bahkan tidak hanya tiga sampai empat bulan, tapi sampai akhir tahun dengan mengurangi konsumsi. Untuk berjaga-jaga," ujarnya.