Warta Ekonomi.co.id, Bogor -- Uber merugi miliaran dolar dalam tiga bulan pertama tahun ini, ditambah dengan penurunan valuasi, berdasarkan laporan keuangan terbarunya.
Total kerugian bersih dan penurunan nilai Uber mencapai angka 1,1 miliar dolar AS, dengan pertumbuhan tahunan 14% daripada tahun lalu, menjadi 3,54 miliar.
"Saya tak akan menutupi dampak COVID-19. Bisnis kami turun 80% secara global pada April 2020," kata CEO Uber, Dara Khosrowshahi, dilansir dari Reuters, Jumat (8/5/2020).
Baca Juga: Pewaris Samsung Mau Setop Dinasti Tahta, Pakar: Itu Janji Palsu!
Baca Juga: Daftar Orang Terkaya India: Raja Minyak Hingga Investor Ritel yang Rintis Usaha dari Toko Kelontong
Pemesanan kotornya tumbuh 8% daripada tahun lalu, menjadi 15,8 miliar dolar AS. Namun, mayoritas pesanan berasal dari layanan UberEats yang melonjak 52% daripada tahun lalu menjadi 4,68 miliar dolar AS. Sementara layanan taksi daring menurun 5% menjadi 10,87 miliar dolar AS.
Khosrowshahi bilang, "walau bisnis perjalanan kami terpukul pandemi, kami telah mengambil tindakan cepat untuk menjaga kapasitas neraca kami, dengan memfokuskan sumber daya tambahan ke layanan UberEats."
Meski begitu, Uber mengklaim akan memecat 3.700 karyawan dari tim dukungan pelanggan dan rekrutmen di seluruh dunia. Bahkan anak usahanya, Careem di Timur Tengah, memberhentikan 31% tenaga kerja mereka.