EKBIS.CO, JAKARTA -- Pandemi corona telah mengganggu kegiatan hulu migas. Alhasil, jadwal produksi sejumlah blok migas terlambat. Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyebut pengembangan Lapangan Abadi Blok Masela mengalami keterlambatan.
Menurutnya, Inpex Corporation selaku operator blok tersebut kesulitan mengimpor barang selama pandemi corona. SKK Migas bersama Kementerian ESDM dan Inpex bakal melaksanakan pertemuan pada pekan depan untuk membahas persoalan tersebut.
"Selasa (19/5) besok akan ada pertemuan antara Inpex dan ESDM," kata Julius pada Sabtu (16/5).
Proses pengembangan proyek Blok Masela telah mencapai tahap tender Front End Engineering Design (FEED) dan pembuatan pedoman rencana tender Engeineering, Procurement and Construction (EPC). Nantinya FEED dan EPC akan digunakan untuk menentukan Final Investment Decision (FID). SKK Migas menargetkan FID bisa rampung pada kuartal keempat 2022. Dengan begitu, Blok Masela diharapkan berproduksi pada 2026.
Selain Blok Masela, ada dua proyek yang diproyeksi mundur dari jadwal produksi pada tahun depan, yaitu Tangguh Train 3 yang dikelola oleh BP Indonesia dan JTB yang dikelola Pertamina EP Cepu.
Menurut Julius, jadwal onstream proyek tersebut mundur selama dua hingga tiga bulan. Pasalnya, kontraktor migas harus mengurangi jumlah pekerja yang berada di lapangan.
Julius mencontohkan, proyek Tangguh Train 3 yang biasanya dikerjakan oleh 13 ribu orang, harus dikurangi hingga enam ribu orang karena virus corona. Hal yang sama juga terjadi pada proyek JTB di Jawa Timur.
"Mau tak mau sedikit mengalami kemunduran," kata Julius.
Tiga proyek migas tersebut merupakan bagian dari empat proyek migas yang masuk dalam daftar proyek strategis nasional.
Satu proyek lainnya yaitu Indonesia Deep Water Development Project atau IDD di Kalimantan Timur yang dioperatori oleh Chevron. SKK Migas menyebut proyek tersebut mandek karena kontraktor migas belum juga menyerahkan revisi rencana pengembangan (PoD) IDD tahap II.
"IDD belum bergerak dan masih menyiapkan POD," kata dia.