COVID-19 menggeser perilaku konsumen dengan sangat cepat. Sebanyak 32 persen pelaku usaha di Indonesia memprediksi semakin banyaknya konsumen bermain gim daring. Meski naik, penaksiran tersebut adalah yang terkecil bila dibandingkan negara Asia Pasifik lain menurut SurveySensum COVID-19 Impact on APAC Business.
Para pelaku usaha baik di Indonesia maupun negara Asia Pasifik lain melihat masa pandemi COVID-19 ini sebagai momen kebangkitan produk dan layanan digital. Konsumsi media digital melejit. Singapura memimpin, sekitar 89 persen pelaku usaha optimistis konsumen akan lebih sering menonton berita di TV dan media digital. Sementara di Indonesia di kisaran 79 persen pelaku usaha yang meyakini hal tersebut. Begitu pula gim daring. Sebanyak 76 persen pelaku usaha di Singapura melihat gim online sebagai sebuah kesempatan karena pertumbuhannya akan semakin pesat. Di Indonesia baru 32 persen yang sepakat dengan hal tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rajiv Lamba, CEO SurveySensum & NeuroSensum. Pergeseran perilaku konsumen lainnya yang diprediksi akan meningkat adalah maraknya video blog atau vlog. Menurut Rajiv, bagi konsumen yang terbiasa bersosialisasi, pembatasan sosial terlebih berskala besar tentu sangat mempengaruhi banyak hal. Kompensasinya, konsumen akan semakin banyak menonton maupun membuat vlog sebagai ekspresi interaksi sosial selama pandemi COVID-19.
Rajiv menuturkan, di antara negara Asia Pasifik yang disurvei, India yang paling optimis melihat vlog sebagai ceruk produk dan layanan digital. Setidaknya ini diamini 47 persen pelaku usaha di India. Di Indonesia, ada 37 persen pelaku usaha yang berkeyakinan demikian. Kita bisa lihat tidak sedikit pelaku usaha di Indonesia yang beriklan melalui konten-konten vlog. Tidak menutup kemungkinan setelah pandemi akan lebih banyak content creator baru membuat vlog bersponsor, bekerja sama dengan brand.
Senada dengan temuan tersebut, 56 persen pelaku usaha Asia Pasifik memandang Komunitas Daring dan Web Influencers akan memainkan peran besar dalam perjalanan pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. Di Indonesia sendiri ada 42 persen pelaku usaha yang mengamini hal tersebut.
SurveySensum COVID-19 Impact on APAC Business menanyakan 433 responden pelaku usaha di 4 negara Asia Pasifik tentang strategi mereka meggaet konsumen melalui dunia digital. Sebanyak 43 persen responden pelaku usaha telah meningkatkan anggaran media digital dan 42 persen fokus pada menjualan e-commerce.
Di antara keempat negara responden, pelaku usaha di Singapura yang paling banyak menaikkan anggaran media digital dan penjualan e-commerce, yaitu 57 persen. Di Indonesia terdapat 48 pelaku usaha yang menaikkan anggaran media digital dan 55 persen yang memfokuskan penjualan e-commerce.
Dalam kesempatan terpisah, lebih dari 60 persen responden pelaku usaha akan menaikkan anggaran digital marketing mereka di atas 30 persen. Bahkan 10 persen pelaku bisnis lainnya berani berinvestasi di atas 40 persen.
“Menariknya, ketika negara lain fokus ke digital dan berhenti beriklan di TV, masih ada 20 persen pelaku usaha di Indonesia yang tetap akan menaikkan anggaran iklan TV terutama dari kategori Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dan farmasi obat bebas yang tidak terlalu parah dihantam pandemi. Audiens TV di Indonesia masih lebih besar dibandingkan media sosial. Lebih dari 80 persen orang Indonesia masih menonton TV, sementara di negara lain sudah di kisaran 65 persen,” tutur Rajiv.
Tak bisa dipungkiri COVID-19 menimbulkan kecemasan di kalangan pelaku usaha. Pandemi yang berimbas pada krisis ekonomi dunia ini memaksa pelaku usaha mengencangkan ikat pinggang. Sebanyak 61 persen responden pelaku usaha SurveySensum telah memotong anggaran rekrutmen. Belum lagi 58 persen pelaku usaha memangkas anggaran kampanye di luar rumah (out of home campaigns).
Rajiv mengungkapkan, responden SurveySensum di Asia Pasifik secara umum memperkirakan situasi akan kembali normal dalam 6 bulan mendatang. Responden pelaku usaha Indonesia barangkali yang paling optimistis. Mereka yakin situasi akan kembali normal dalam 5 bulan. Sementara pelaku usaha di Singapura memprediksi krisis COVID-19 akan pulih dalam 7 bulan.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id