EKBIS.CO, JAKARTA — PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengalami penurunan pendapatan dari penumpang secata dratis selama masa pandemi virus korona atau Covid-19. Direktur Utama KAI Didiek Hartyanto mengatakan pendapatan dari angkutan penumpang merosot hingga 93 persen.
"Pendaptan penumpang ini turun luar biasa, pendapatan kami dari (angkutan) penumpang hanya tujuh sampai 10 persen," kata Didiek dalm konverensi video, Jumat (22/5).
Didiek menjelaskan, sebelum terjadi pandemi Covid-19, pendapatan penumpang rata-rata harian bisa mencapai Rp 20 miliar hingha Rp 25 miliar. Saat pandemi Covid-19, Didiek mengatakan pendapatan dari penumpang hanya sekitar Rp 800 juta.
Untuk itu, Didiek memastikan KAI menyiapkan strategi untuk mengatasi penurunan pendapatan tersebut. Terlebih saat ini KAI hanya mengoperasikan kereta lokal dengan mengoperasikan kereta api luar biasa dengan rute terbatas dan kereta rel listrik (KRL).
Langkah pertama, Didiek memastikam KAI kaan mengamankan aliran kas dan likuiditas. "Tekanan arus kas dalam sekali sehingga kas jadi salah satu hal utama yang kita hadapi pada msa Covid-19 ini," ujar Didiek.
Dia menambahkan, KAI juga melakukan pemotongan biaya yang bisa dipangkas agar dapat melakukan efisiensi. Selain itu, Didiek mengatakan KAI juga mengajukan relaksasi terhadap vendor yang bekerja sama dalam biaya perawatan kereta api.
Didiek mengatakan, KAI juga mengupayakan relaksasi lainnya untuk mengatasi dampak dari penurunan penumpang yang drastis. "Seperti angsutan pokok perbankan, kami meminta penundaan pembayaran hingga satu tahun ke depan," ujar Didiek.
Meskipun begitu, Didiek memastikan pendapatan dari angkutan barang khususnya batu bara masih bertahan dan menjadi sumber pendapatan utama KAI saat pandemi Covid-19.
Meskipun begitu, Didiek mengakui permintan batu bara juga terbilang menurun karena banyak perkantoran dan pabrik tidak beroperasi.