Ahad 24 May 2020 14:00 WIB

Seberapa Buruk Ekonomi China Akibat Corona?

Output industri China pada bulan April tumbuh sebesar 3,9 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Bendera China.
Foto:

Partai Komunis selalu menyatakan target pertumbuhan yang ingin dicapai sebagai cara memberi sinyal seberapa baik kinerja China.

Tapi jelas kali ini berbeda: tidak ada target sehingga jadi tidak ada jalan keluar dari kenyataan bahwa lingkungan ekonomi saat ini adalah yang paling menantang yang dihadapi China dalam beberapa tahun terakhir.

Memang, China telah melalui periode ekonomi yang sulit sebelum 1990-an, misalnya, melihat sejumlah besar orang diberhentikan dari pekerjaannya. Ekonomi pada saat itu didominasi oleh perusahaan milik negara, mereka menyediakan pekerjaan untuk sebagian besar penduduk yang bekerja.

Ketika ekonomi melambat, mereka mengurangi jutaan pekerja dan pengangguran naik dengan cepat hingga satu persen setiap tahun, menurut Biro Riset Ekonomi Nasional.

Badan usaha milik negara di China pun berubah dari mempekerjakan 60 persen dari populasi pekerja pada 1995 menjadi 30 persen pada 2002. China pulih,dan sektor swasta masuk untuk merekrut orang-orang muda.

Namun, kali ini berbeda dan sektor swasta juga berada di bawah tekanan, kata ekonom George Magnus, associate di China Center, Oxford University. "Tidak ada yang berbicara tentang perang perdagangan pada waktu itu. Offshoring manufaktur ke China sedang berlangsung.

"Sekarang, seluruh dunia adalah ekonomi funk, jadi tidak ada permintaan konsumen, dan tidak ada dalam hal perdagangan luar negeri. Semua yang dihadapi China sebelum pandemi telah diperparah oleh virus corona."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement