Warta Ekonomi.co.id, Bogor
Pembatasan ekspor teknologi Amerika Serikat (AS) terhadap Huawei telah membuat unit chip perusahaan kehilangan akses ke rantai pasokan komponen semikonduktor.
Serangan ini tergolong sebagai yang paling berdampak pada bisnis Huawei dan perusahaan China lainnya. Menanggapi itu, Huawei pun mengecam tindakan AS.
"Langkah-langkah itu sewenang-wenang dan merusak," kata Huawei, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (26/5/2020).
Baca Juga: Demi Atasi Pembatasan Ekspor Amerika, Huawei Sampai Niat Minta Bantuan ke Saingan di China?
Baca Juga: Corona Dorong Perluasan 5G di Negara Ini, Jadi yang Pertama Rilis 5G Komersial di ASEAN!
Aturan kontrol ekspor baru AS bertujuan memblokir akses HiSilicon ke dua komponen penting, yakni: perangkat lunak desain chip dari perusahaan AS seperti Cadence Design Systems Inc dan Synopsys Inc; serta kecakapan manufaktur yang dipimpin oleh TSMC.
Analis Industri chip China Stewart Randall menilai, "HiSilicon akan sulit memproduksi chip dengan adanya pembatasan itu. Jikalau mereka bisa pun, maka mereka tak lagi bisa memimpin pasar."
Berdiri pada 2004, HiSilicon sebagai unit chip Huawei telah mendominasi pasar chip China. Namun, Huawei masih mengandalkan produsen lain untuk mendukung peralatannya.
Namun, investasi besar-besaran telah mendorong kemajuan pesat di HiSilicon dalam beberapa tahun belakangan. 7 ribu karyawan unit telah menjadi pusat kebangkitan Huawei di pasar ponsel pintar dan bisnis jaringan 5G.
Prosesor ponsel karya HiSilicon, Kirin dianggap setara dengan milik Apple dan Qualcomm. Unit bisnis itu juga menjadi pusat kepemimpinan Huawei di pasar 5G.