SWA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat dalam lima tahun terakhir (2015- Triwulan I/2020) realisasi investasi di sektor manufaktur mencapai Rp 1.348,9 triliun. Sektor utama yang paling diminati dan menjanjikan adalah industri makanan.
Realisasi investasi pada industri makanan mencapai Rp 293,2 triliun atau setara dengan US$ 21,4 miliar dengan persentase total investasi sebanyak 21,7%. Disusul kemudian oleh Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya yang menunjukkan peningkatan pada 2019 dan Triwulan I/2020 dengan total investasi mencapai Rp 266,7 triliun atau setara US$ 19,4 miliar.
Selanjutnya, Industri Kimia dan Farmasi berada di peringkat ketiga dengan nilai investasi Rp 243,9 triliun atau setara US$ 18,1 miliar. Plt Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Farah Indriani, mengatakan, sektor manufaktur berpotensi besar untuk jauh lebih meningkat.
Dengan adanya kemajuan teknologi dan internet, proses produksi dinilai akan lebih efisien. Di samping itu, Indonesia juga memiliki keunggulan dari letak geografis dan pasar domestik sehingga dapat dijadikan hub manufaktur di wilayah ASEAN.
“Angka-angka ini menjadi refleksi bahwa tidak bisa dipungkiri jika pasar domestik Indonesia adalah magnet investasi, khususnya industri makanan dan minuman. Diantara dua sektor lainnya di atas, hanya industri makanan yang porsi PMDN-nya lebih besar dari PMA. Di sini kita yakin kalau industri ini akan cukup stabil dari guncangan ekonomi dunia,” ujar Farah.
Meskipun data realisasi investasi BKPM untuk sektor industri makanan pada 5 tahun terakhir menunjukkan adanya fluktuasi, namun secara rata-rata mengalami kenaikan sebesar 3% per tahun dan tetap berada pada peringkat teratas total realisasi investasi sektor sekunder.
Pada 2017, industri makanan mencapai puncak tertinggi dengan total investasi mencapai Rp 64,8 triliun atau senilai US$ 4,86 miliar. Sementara itu, realisasi investasi industri logam dasar pada lima tahun terakhir meskipun tidak selalu menjadi yang teratas, menunjukkan potensi besar yang terlihat dari rata-rata pertumbuhannya mencapai 11% per tahun.
“Kalau kita merunut data industri makanan, memang kenaikannya tidak sebanyak investasi industri logam dasar. Kenaikan investasi di industri logam dasar juga merupakan sinyal bahwa pembangunan industri di tanah air berjalan dengan cepat. Indonesia tetap dipercaya oleh investor baik dalam maupun luar negeri,” jelas Farah.
Selama periode 2015 hingga triwulan I/2020, lima total realisasi investasi terbesar di sektor sekunder dicapai oleh Industri Makanan sebesar Rp 293,2 triliun, Industri Logam Dasar sebanyak Rp266,7 triliun, Industri Kimia dan Farmasi sebesar Rp243,9 triliun, Industri Mineral Non Logam sebesar Rp109,3 triliun, dan Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain sebanyak Rp 106,4 triliun.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id