Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Para pengusaha ritel di Amerika Serikat (AS) semakin tertekan dengan adanya kerusuhan yang berujung pada penjarahan. Terlebih, mereka sudah terpukul oleh dampak pandemi virus corona yang membuat mereka memiliki kasus tertinggi di dunia.
Sebagaimana diketahui, dunia tengah gempar lantaran kerusuhan yang terjadi di AS. Hal itu bermula dari unjuk rasa yang berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan lantaran pembunuhan yang dilakukan seorang polisi kulit putih terhadap tahanan kulit hitam, George Floyd.
Baca Juga: Istri Bill Gates: Kematian George Floyd Bikin Hati Saya Hancur
Pembunuhan tersebut dilakukan dengan menginjak leher sang tahanan sehingga menimbulkan unjuk rasa yang menjadi penjarahan di New York, Chicago, Los Angeles.
Adapun aksi demonstrasi yang terpusat di Rodeo Drive dan Santa Monica Boulevard, Los Angeles juga berujung kerusuhan dan penjarahan. Salah satu toko pakaian mewah, Alexander McQueen turut menjadi korban penjarahan.
Sedangkan toko Gucci ditandai dengan slogan grafiti berbunyi, "Ganyang orang kaya."
Lalu di Grove Shopping Centre di dekatnya, yang menampung 51 toko kelas atas, Nordstrom, Ray Ban, dan Apple juga ikut dibobol.
Walikota Beverly Hills, Les Friedman menuturkan bahwa pihaknya tengah mendata seberapa parah kerusakan yang disebabkan oleh aksi vandalisme para demonstrasi tersebut.
"Sementara kami masih menentukan tingkat kerusakan, kami sangat sedih bahwa vandalisme terjadi di kota kami hari ini. Kami akan bekerja untuk mendukung bisnis kami bergerak maju dalam masa yang sudah sulit ini," ucapnya.
Friedman juga mengumumkan adanya jam malam di Beverly Hills sebagai dampak dari aksi demonstrasi. Ia mendesak para warga untuk tetap berada di dalam rumah dengan alasan keamanan.
Selain itu toko pakaian dalam perempuan, Victoria Secret juga ikut dijarah oleh para perempuan yang turut dalam aksi demonstran.