PT Inocycle Technology Group Tbk, produsen staple buatan/Recycled Polyester Staple Fiber (Re-PSF), membukukan penjualan di tahun 2019 senilai Rp 494,7 miliar, naik 25% dari Rp 395,6 miliar di tahun 2018. Pada periode yang sama ini, laba tahun berjalan perseroan meningkat 40% dari Rp 16,0 miliar ke Rp 22,5 miliar. Emiten daur ulang sampah plastik yang sahamnya berkode INOV di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu telah tersertifikasi aspek environmental, social and governance (ESG) dari The Planet Mark,
Direktur INOV, Victor Choi, mengatakan bisnis inti Inocycle adalah menciptakan nilai-nilai dari limbah plastik PET secara lokal. “Dan mengurangi dampak potensial terhadap pencemaran plastik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau di laut,” ujar Vicktor dalam siaran pers yang dikutip SWAonline di Jakarta, Jum’at (5/6/2020). Riset dari Jambeck et. al. (2015) mengungkapkan Indonesia sebagai salah satu negara pencemar plastik terbesar di dunia. Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara yang kurang efisien dalam mengolah limbah plastiknya. Tren yang mengkhawatirkan tersebut, INOV merupakan salah satu perusahaan yang dapat mengolah sampah plastik dengan metode yang efisien.
Di 2019 INOV memulai babak baru dalam perjalanannya dengan mencatatkan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juli 2019. Sejak saat itu, jumlah saham biasa yang beredar meningkat 50% dari 1,2 miliar di 2018 menjadi 1,8 miliar di 2019.
Dari segi bisnis, hasil penjualan INOV pada 2019 meningkat signifikan di setiap segmen produk. Segmen SFStaple Fiber menjadi kontributor terbesar dengan penjualan Rp 385 miliar, naik 29% dibandingkan tahun lalu, diikuti oleh produk non-woven yang melonjak sebesar 20% atau naik menjadi Rp 63 milia, perabot rumah dengan Rp 23 miliar (stabil), CF-Carded Fiber dengan Rp 16,5 miliar (naik 21%) dan produk lainnya senilai Rp 7 miliar (tumbuh sebesar 24%). Keseluruhan penjualan di semua segmen ini mengangkat kinerja penjualan INOV pada 2019 yang naik 25% dibandingkan dengan 2018. INOV telah beroperasi dalam mendaur ulang sampah plastik sejak tahun 2011.
Terkait dampak Covid-19 terhadap bisnis INOV, Victor menjelaskan sejauh ini memang permintaan global terganggu. “Namun kami telah melakukan diversifikasi produk dengan mulai memproduksi masker dan alat pelindung diri (APD) dari polypropylene,” ujarnya. INOV fokus dalam mengolah dan mendaur ulang botol PET dan sampah plastik lainnya menjadi produk daur ulang serat staple buatan.
Saat ini, INOV mengoperasikan tiga pabrik pembuatan produk daur ulang serat staple buatan di Tangerang, Solo dan Mojokerto dengan pabrik pengolahan sampah botol plastik/washing facility di Solo, Mojokerto dan Medan. Selain itu, INOV juga mengoperasikan dua pabrik untuk industri bukan tenunan (non woven) di Salatiga dan Palembang. INOV adalah emiten pertama untuk produk daur ulang serat staple buatan yang tercatat di BEI. Harga saham INOV pada perdagangan Kamis kemarin naik 5,96%, menjadi Rp 320 dari Rp 302 di perdagangan Rabu pekan ini.
www.swa.co.id