Rabu 10 Jun 2020 06:20 WIB

Indef: Perilaku Konsumen Normal Baru Utamakan Kesehatan

Sebelum pandemi, masyarakat cenderung mengutamakan pangan dan pariwisata.

Red: Friska Yolandha
Beragam vitamin. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengungkapkan terjadi perubahan perilaku konsumen secara signifikan yang lebih mengutamakan kebutuhan primer. Selain itu, ada upaya menjaga dan merawat kesehatan pada masa normal baru.
Foto: flickr
Beragam vitamin. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengungkapkan terjadi perubahan perilaku konsumen secara signifikan yang lebih mengutamakan kebutuhan primer. Selain itu, ada upaya menjaga dan merawat kesehatan pada masa normal baru.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengungkapkan terjadi perubahan perilaku konsumen secara signifikan yang lebih mengutamakan kebutuhan primer. Selain itu, ada upaya menjaga dan merawat kesehatan pada masa normal baru.

"Selama pandemi Covid-19 terdapat perubahan perilaku masyarakat yang menarik, pertama mereka ada kebutuhan terutama untuk kebutuhan primer yakni pangan plus menjaga kesehatan atau health care, karena orang-orang membutuhkan sabun cuci tangan dan masker. Pengeluaran itu jadi berubah dari yang awalnya untuk kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer, terutama kesehatan," kata Aviliani dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (9/6).

Padahal, lanjut dia, sebelum pandemi Covid-19 masyarakat mengutamakan kebutuhan pangan dan pariwisata atau jalan-jalan, di mana pengeluaran masyarakat untuk jalan-jalan atau pariwisata menduduki peringkat kedua. Namun ketika Covid-19 melanda justru sektor yang terkena duluan adalah sektor pariwisata.

"Otomatis kebutuhan sekunder ini akan lama untuk bisa kembali pulih di era normal baru saat ini. Kenapa? Walaupun mal-mal sudah dibuka di era normal baru, masyarakat masih tetap takut," ujar Aviliani.

Selain itu selama dua bulan terakhir, daya beli masyarakat cukup turun signifikan. Artinya orang-orang yang bekerja dari rumah atau working from home tidak mendapatkan uang makan, uang lembur, dan sebagainya sehingga penghasilan mereka turun 50 persen.

Di samping, kata dia, mereka harus memenuhi kebutuhan pokok. Sebagian pekerja juga sudah menggunakan dana tabungannya.

"Sedangkan untuk masyarakat menengah ke bawah yang biasanya masih bisa menghidupi diri sendiri, sudah harus menerima bantuan langsung tunai atau bantuan sosial," ujar Aviliani.

Oleh karena itu, menurut dia, penyaluran dana bantuan sosial ini harus cepat agar daya beli tidak semakin menurun.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement