EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia memiliki target bauran energi nasional 23 persen bersumber dari energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 yang tertuang pada Kebijakan Energi Nasional (KEN). Pemerintah bersama PT PLN (Persero) telah merencanakan strategi untuk memenuhi itu dengan memanfaatkan dan mengembangkan energi setempat di suatu daerah secara lebih luas.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan, ke depan banyak tantangan yang Indonesia hadapi dalam pengembangan EBT, terutama untuk meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional. "Selain ramah lingkungan, EBT menopang ketahanan energi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di negara kita, bukan impor," ujar Jisman, Kamis (11/6).
Jisman menyampaikan, EBT banyak berada di daerah-daerah terpencil di kepulauan yang belum terlistriki karena jaringan PLN belum bisa masuk. Pemerintah mencatat, total ada 433 desa di Indonesia yang belum mendapatkan listrik.
Karena desa-desa ini tersebar, diperlukan teknologi melistriki. "Paling cocok di sana adalah dengan mengembangkan energi setempat, dengan EBT," kata Jisman.
Ia mencontohkan pengunaan energi surya dan air untuk melistriki desa-desa tersebut. Pemerintah sudah memrogamkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk daerah bekas tambang.
Nanti juga akan ada banyak PLTS terapung (floating) dan sudah dimulai dengan 145 MWp Cirata. "Ke depan akan ada banyak dam-dam (bendungan) yang kita gunakan untuk PLTS floating, juga ada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap ekspansi, Sukabumi, dan lainnya," ujar Jisman.
Ia berharap, program-program EBT yang dibahas dalam Pelatihan Perencanaan Ketenagalistrikan Berbasis EBT dapat berkelanjutan dan menjadi contoh bagi program-program lainnya. Sehingga program EBT bukan hanya euforia.