EKBIS.CO, CILACAP--Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat sore, berkesempatan melepas ekspor 25 ton gula semut Cilacap dengan tujuan Brasil.
Syahrul Yasin Limpo mengatakan Kabupaten Cilacap tidak hanya memproduksi komoditas pangan dasar, juga mampu melakukan ekspor ke mancanegara melalui produk gula semut."Saya ingin sampaikan kalau bupatinya seperti Pak Bupati Cilacap (Tatto Suwarto Pamuji) dengan pemerintahan yang sangat kondusif bersama DPRD dan yang lain, maka akselerasi yang bisa dilakukan untuk kepentingan masyarakat, kehidupan rakyat yang lebih baik, masih bisa dicapai," katanya.
Mentan mengaku kagum di saat pandemi Covid-19 seperti sekarang, masih ada ekspor yang sangat kuat dan bisa dilakukan. "Ini luar biasa," katanya. Sementara Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil mengatakan ekspor produk pertanian dari Kabupaten Cilacap yang disertifikasl oleh Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap meningkat dari tahun ke tahun.
"Komoditas yang diekspor berupa gula kelapa, daun ketapang, kayu albasia, sarang burung walet, dan lain-lain. Komoditas ini sebagian besar diekspor ke negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika," katanya.
Terkait dengan pelepasan ekspor 25 ton gula semut organik ke Brasil, dia mengatakan nilai ekspor yang dilakukan oleh eksportir PT Coco Sugar Indonesia itu mencapai Rp777 juta.
Lebih lanjut, Ali mengatakan potensi ekspor komoditas pertanian di wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya masih perlu digali kembali. untuk membuka peluang ekspor produk pertanian lebih beragam.
Menurut dia, peningkatan ekspor khususnya di wilayah Cilacap dan sekitarnya menjadi komitmen Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap melalui kemudahan dalam pelayanan sertifikasi Phytosanitary Certificate yang umumnya dipersyaratkan negara pengimpor untuk komoditas pertanian."Gula kelapa telah rutin diekspor sejak tahun 2015 hingga kini. Gula kelapa yang diekspor dalam bentuk gula semut," jelasnya.
Ia mengatakan berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap, ekspor gula kelapa pada tahun 2015 sebanyak 87 ton, tahun 2016 sebanyak 237 ton, tahun 2017 sebanyak 649 ton, tahun 2018 sebanyak 580 ton, tahun 2019 sebanyak 744 ton, dan pada tahun 2020 sejak 1 Januari hingga 13 Juni sebanyak 471 ton.
Menurut dia, hal itu menunjukkan ekspor gula kelapa atau gula semut mengalami peningkatan volume dari tahun 2015 sampai dengan 2017 sebanyak 646 persen, sedangkan tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017 sebanyak minus 10 persen. Akan tetapi pada tahun 2019, kata dia, mengalami peningkatan kembali sebanyak 28 persen.
Ia mengatakan volume ekspor tahun 2020 selama bulan Januari sampai dengan 13 Juni 2020 telah mencapai 471 ton. "Volume ekspor gula kelapa masih dapat bertambah lagi hingga akhir tahun 2020 karena kebutuhan gula kelapa luar negeri terus bertambah," katanya.
Lebih lanjut, Ali mengatakan berdasarkan data ekspor gula kelapa/gula semut Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap periode bulan Januari-Juni 2020 menunjukan peningkatan frekuensi sebanyak 20 persen, peningkatan volume sebanyak 71 persen, peningkatan nilai sebesar 82 persen.
Dalam hal ini, frekuensi ekspor gula kelapa/gula semut pada periode Januari-13 Juni 2020 sebanyak 36 kali, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 30 kali.
Sementara dari sisi volume, pada periode Januari-13 Juni 2020 sebanyak 470.615 kilogram, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 275.316 kilogram.
Total nilai ekspor gula kelapa/gula semut pada periode Januari-13 Juni 2020 mencapai Rp16,2 miliar lebih sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp8, 9 miliar lebih.
"Hal ini menunjukkan gula merah (gula kelapa) Indonesia semakin diminati di pasar luar negeri. Amerika, Belanda dan Inggris merupakan negara-negara tujuan ekspor dengan frekuensi tertinggi untuk komoditas gula kelapa. Saya optimistis bahwa ekspor komoditas pertanian dari Kabupaten Cilacap akan terus meningkat," katanya.