Kamis 18 Jun 2020 06:50 WIB

Strategy Talent Pool Erick Thohir untuk Membangun Kehandalan BUMN

Dalam sebuah diskusi dengan sejumlah pemimpin redaksi (pemred) bulan lalu, Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan konsep talent pool di BUMN. Erick menanggapi pertanyaan seorang pemred yang menanyakan, mengapa direksi-direksi BUMN itu banyak didominasi oleh orang-orang Bank Mandiri. Orang Mandiri itu ada di mana-mana di BUMN. Yang terbaru, direksi Kereta...

Rep: SWAOnline (swa.co.id)/ Red: SWAOnline (swa.co.id)
Arief Yahya, CEO Telkom Indonesia 2012-14, dan Menteri Pariwisata 2014-19. Sewaktu di Telkom menghasilkan sejumlah talent yang berhasil dipercaya sebagai direksi sejumlah BUMN (Foto: Kemenpar).
Arief Yahya, CEO Telkom Indonesia 2012-14, dan Menteri Pariwisata 2014-19. Sewaktu di Telkom menghasilkan sejumlah talent yang berhasil dipercaya sebagai direksi sejumlah BUMN (Foto: Kemenpar).

Dalam sebuah diskusi dengan sejumlah pemimpin redaksi (pemred) bulan lalu, Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan konsep talent pool di BUMN. Erick menanggapi pertanyaan seorang pemred yang menanyakan, mengapa direksi-direksi BUMN itu banyak didominasi oleh orang-orang Bank Mandiri. Orang Mandiri itu ada di mana-mana di BUMN. Yang terbaru, direksi Kereta Api Indonesia (KAI), dari Mandiri juga.

“Oke, saya mau bicara tentang talent pool,” ujar Erick menanggapi pertanyaan pemred tadi. “Dari awal, saya tak sungkan-sungkan mengatakan, bahwa talent pool yang terbaik di BUMN itu di Bank Mandiri dan Telkom. Kita bisa buktikan, Dirut Pelindo 1, itu dari Telkom. Awaludin AP2 dari Telkom. Banyak orang-orang Telkom itu jadi direksi. Sama juga Bank Mandiri”.

Menurut Erick, hal ini salah satu yang akan dia benahi. “Ini yang saya sedang bongkar di Kementerian BUMN. Kita mau talent pool di BUMN tidak tergantung pada dua perusahaan ini. Dengan 142 BUMN, kita berharap banyak perusahaan BUMN yang bisa menciptakan talent pool buat BUMN. Jangan hanya didominasi ini”.

Dan kalau kita lihat, masih kata Erick, “Saya tak ada kepentingan di Bank Mandiri. Tidak ada.” Lalu dia mencontohkan. Didiek Haryanto, Direktut Utama KAI. “Dia sebelumnya sudah di KAI. Sudah di dalam. Direktur keuangan. Sekarang jadi dirut. Jadi bukan saya yang menaruh di situ. Jadi bukan tiba-tiba orang Bank Mandiri ditarik. Nah sama juga kalau kita lihat, Pak Budi Sadikin, Wakil Menteri. Sebelumnya dia udah kemana-mana. Dari Dirut Bank Mandiri menjadi Dirut Inalum, sekarang jadi Wamen. Oke, kalau Pak Tiko (Kartiko, eks dirut Bank Mandiri) memang yang baru”.

Sekarang ini Erick menantang para direktur utama BUMN untuk mengembangkan talent. “Ayo dong bikin talent. Ini salah satu program di Kementerian BUMN”.

Terkait dengan hal tersebut, makanya sekarang di Kementerian BUMN ada Deputi HRD. “Kalau struktur kementerian BUMN jaman dulu, semuanya megang portfolio. Dari Menteri, Sesmen, Deputi semua pegang portfolio”. Kenapa megang portfolio? Karena memang ada sesuatu yang akan dibenahi Erick. “Nah itu yang kita bongkar sekarang”.

Karena itu pula, makanya sekarang di Kemeterian ada deputi Keuangan, HRD dan Hukum. “Deputi keuangan, saya kasih contoh. Dia sudah berhasil membikin cashflow dan total hutang semua BUMN seperti yang saya inginkan. Bahkan sekarang sudah bisa bikin stress test. Sama, seperti Deputi Hukum. Tadinya ada 23 kasus hukum antar BUMN. 10 sekarang sudah selesai. 6 sebentar lagi selesai. Nah ini yang kita lakukan. Jadi benar-benar kita lakukan”.

Termasuk deputi HRD kita, lanjut Erick. “Sekarang sedang benar-benar melakukan perubahan yang signifikan. Untuk policy ke-HRD-an. Ini supaya kita bisa menghasilkan orang-orang terbaik”.

Erick juga memaparkan kalau dia tidak malu mengatakan sudah menarik beberapa orang swasta dari luar untuk membantu BUMN. “Supaya BUMN memiliki birokrasi yang berubah. Baik di Kementerian, juga di perusahaan-perusahaan BUMN. Sekarang kita tarik beberapa orang swasta untuk gabung lagi di Kementerian. Saya kaget juga ketika saya tarik mereka mau, karena kondisinya tentu lebih baik di swasta”.

Di beberapa perusahaan BUMN menurut Erick juga sudah mulai lagi masuk profesional dari swasta. “Misalnya di Sarinah, itu kan kita tarik salah satu direktur dari MAP (Mitra Adi Perkasa). Dia mau gabung. Walaupun 6 bulan saya meyakinkan Ibu ini untuk gabung. Ya karena kita kan perlu cari orang ritel. Yang expert di bidangnya”.

“Nah jadi saya tidak malu kalau di bilang saya punya favorable. Tapi selama favorable saya itu ada judgement-nya. Dan favorable-nya itu bukan skenario. Karena orang-orang itu sudah ada di badan-badan BUMN sebelum saya masuk. Jadi bukan saya milih orang-orang yang dekat sama saya. Nah tentang talent ini yang kita terus upgrade”.

Apa yang dipaparkan Erick di atas tentang sumber talent dari Bank Mandiri dan Telkom memang benar. Alumni Bank Mandiri, selain Budi Sadikin, Kartiko Wijoatmodjo, dan Didiek Haryanto yang disebutkan Erick di atas, ada lagi misalnya Zulkifli Zaini yang sekarang jadir dirut PLN, Pahala Mansury (dirut Bank BTN). Program penyiapan talent hebat ini dimulai ketika Bank Mandiri dipimpin oleh Almarhum Robby Djohan, yang kemudian dilanjutkan antara lain oleh Agus Martowardoyo (sekarang Komisaris Utama Bank BNI, sebelumnya Gubernur Bank Indonesia).

Demikian pula di Telkom Indonesia. Di bawah Arief Yahya, CEO Telkom Indonesia 2012-14, Arief menghasilkan sejumlah talent yang berhasil dipercaya sebagai direksi sejumlah BUMN. Antara lain, Ririek Ardiansyah (Dirut Telkom Indonesia); Muhammad Awaluddin (Dirut Angkasa Pura 2); Honesti Basyir (Dirut Bio Farma, holding BUMN Farmasi, sebelumnya Dirut Kimia Farma); Alex J. Sinaga (Dirut Telkom sebelum Ririek); Rizkan Chandra (almarhum), yang pernah menjabat sebagai Presdir Semen Indonesia; Indra Utoyo, Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi Bank Rakyat Indonesia; Sukardi Silalahi (CEO Telin/Telkom Indonesia International, sebelumnya Direktur Penjualan Telkomsel); Mas’ud Khamid (Direktur Pemasaran Ritel Pertamina periode April 2018-Juni 2020); Herdi Rosadi Harman (Direktur Human Capital BRI); Dian Rachmawan (Dirut Pelindo 1, sebelumnya Direktur Enterprise Business Service Telkom sejak 2017); dan Priyantono Rudito (Tenaga Ahli Menteri Pariwisata bidang Pemasaran Strategis dan menjadi Direktur Eksekutif Co-Branding Wonderful Indonesia periode 2014 – 2019, sebelumnya pernah Direktur Human Capital Telkom dan Telkomsel).

Di bawah leadership Arief, para profesional di Telkom sering mendengarkan dan meresapi prinsip-prinsip seperti “Always the best”, “Leader as father”, “Lead by heart, manage by head”, dan “Start from the end”, yang selalu ditekankan Arief dalam menyiapkan timnya. Dan di bawah Arief pula, bersama Priyantono Rudito, yang waktu itu memegang posisi Direktur Human Capital, Telkom berani melakukan investasi dengan porsi bujet yang signifikan untuk pengembangan people. “Kalau anak saya lebih hebat daripada saya, saya semakin bangga. Leader as father. Orang mengatakan leader harus bisa menciptakan leader-leader berikutnya, tapi ini beyond dari itu,” seperti pernah diungkapkan Arief Yahya.

www.swa.co.id

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement