Senin 29 Jun 2020 16:30 WIB

Demi Bayar Utang, Investor Grab Niat Buyback Obligasi Rp27 T

Demi Bayar Utang, Investor Grab Niat Buyback Obligasi Rp27 T

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Demi Bayar Utang, Investor Grab Niat Buyback Obligasi Rp27 T. (FOTO: DealStreetAsia)
Demi Bayar Utang, Investor Grab Niat Buyback Obligasi Rp27 T. (FOTO: DealStreetAsia)

Warta Ekonomi.co.id, Bogor

SoftBank berniat membeli kembali sekitar 200 miliar yen (sekitar Rp27 T) dari obligasi korporasi tanpa jaminan domestik, dari 30 Juni-17 Juni. Langkah itu merupakan salah satu cara SoftBank membayar utang.

Kepala Eksekutif SoftBank, Masayoshi Son tengah melakukan program monetisasi aset guna menghimpun 41 miliar dolar AS (sekitar Rp588,8 T) untuk mendanai buyback saham, serta mengurangi utang akibat kerugian karena memburuknya investasi di sejumlah startup.

"Kami perkirakan akan mencatat kenaikan sekitar 600 miliar yen (sekitar Rp79,5 T) pada kuartal April-Juni berkat penjualan sebagian saham di T-Mobile Amerika dan revaluasi saham yang berlaku," ujar SoftBank, dilansir dari Reuters, Senin (29/6/2020).

Baca Juga: Blackpink Bawa Saham YG Entertainment Meroket hingga Dua Digit!

Baca Juga: WhatsApp VS Telegram, Mana yang Lebih Unggul?

Neraca utang SoftBank telah memerikan kehadiran yang besar di pasar obligasi bekas (junk bond). Terlebih, ada dukungan dari basis investor ritel yang loyal untuk rumah tangga yang juga memiliki operator nirkabel terbesar ketiga di Jepang.

Rencana penjualan aset besar-besaran telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan-perusahaan pemeringkat kredit.

Lembaga pemeringkat Moody's merevisi perkiraannya minggu lalu, memantik pertikaian dengan SoftBank yang pada Maret lalu meminta peringkatnya ditarik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement