EKBIS.CO, LONDON -- Ketimbang mengambil stimulus dari pemerintah, pengusaha di Inggris diprediksi lebih memilih untuk memutuskan hubungan kerja karyawan mereka. Itu sebabnya, ekonomi Inggris diprediksi menyusut lebih dari prediksi.
Lembaga pemeringkat, Fitch Ratings, memprediksi penyusutan ekonomi Inggris sampai sembilan persen pada tahun ini. Angka tersebut turun lebih dalam dibandingkan proyeksi Fitch sebelumnya, yaitu kontraksi 7,8 persen dan defisit anggaran akan melonjak hingga 17 persen dari output ekonomi.
Fitch mengatakan, paket stimulus pemerintah senilai 30 miliar poundsterling mungkin hanya akan terealisasi 21 miliar poundsterling. Sebab, para pengusaha diperkirakan akan lebih memilih memecat para pekerja yang sebelumnya dirumahkan dibandingkan mengambil hibah pemerintah senilai 1.000 poundsterling untuk kembali mempekerjakan mereka.
Sementara dalam laporannya, Moody's menyebutkan, kontraksi dari puncak-ke-palung yang dialami Inggris akan lebih tajam dibandingkan ekonomi G20 lain. "Ini dengan mempertimbangkan akan adanya ketidakpastian akibat Brexit yang menahan pemulihan di paruh kedua tahun ini," ungkap Moody's.
Rasio utang publik Inggris kemungkinan akan naik 24 poin persentase dari PDB dibandingkan tahun lalu. Artinya, secara total, utang publik Inggris menjadi 109 persen terhadap PDB pada 2020.
Tingkat utang Inggris diprediksi akan setara dengan masa Perang Dunia Dua. Tapi, pemerintah mengatakan, keuangan negara akan dikelola secara berkelanjutan dalam jangka menengah.
Berbeda dengan Fitch dan Moody's, Dana Moneter Internasional (IMF) tidak memprediksikan ekonomi Inggris yang terlalu suram. IMF justru meramalkan, Prancis, Italia dan Spanyol justru yang akan menghadapi penyusutan ekonomi lebih besar dibandingkan Inggris pada tahun ini.