Senin 13 Jul 2020 15:43 WIB

Petani Jatim Produksi Saus Berbahan Ubi Jalar

Bahan baku ubi jalar di Jatim tidak mencukupi kebutuhan industri.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fuji Pratiwi
Buruh tani memanen ubi jalar (ilustrasi). Petani di Jatim membuat saus berbahan dasar uji jalar.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Buruh tani memanen ubi jalar (ilustrasi). Petani di Jatim membuat saus berbahan dasar uji jalar.

EKBIS.CO, SURABAYA -- Wakil Ketua II Asosiasi Agrobisnis Petani Ubi Jalar Indonesia (Asapuji) Sofiandi Susiadi mengungkapkan, pihaknya terus melakukan industrialisasi ubi jalar berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM). Dalam meningkatkan nilai tambah, Asapuji berinovasi menciptakan saus berbahan dasar ubi jalar.

Baca Juga

Sofiandi menjelaskan, penelitian saus berbahan dasar ubi jalar telah digelutinya sejak lama. Sofiandi mengatakan pihaknya sudah mulai memproduksi, meski belum dalam skala besar.

"Arahnya ke produksi skala besar. Hanya saja karena ada corona sehingga perizinan harus ditinjau ulang. Tapi formula dan produk sudah final," kata Sofiandi kepada Republika, Senin (13/7).

Sofiandi menjelaskan, saus yang ia kembangkan, 80 persen bahannya adalah ubi jalar. Ia mengklaim, rasa dan manfaat tidak kalah dengan saus-saus pada umumnya. Kelebihan lainnya adalah masa kedaluwarsa yang lebih lama, bahan bakunya lebih mudah dan murah, serta prosesnya lebih gampang.

"Kalau soal pedasnya kan itu soal formula. Ada yang manis dan ada yang pedas," ujar Sofiandi.

Selain saus, Sofiand juga melakukan inovasi-inovasi produk olahan lain dari ubi jalar. Seperti brownies, keripik, dan makanan bayi yang sebagian besar berberbahan dasar ubi jalar ungu.

Ubi jalar juga telah banyak diekspor ke luar negeri seperti Korea dan China. Walaupun kebanyakan yang diekspor adalah hasil panen dan bukan dalam bentuk olahan.

Terkait ketersediaan bahan baku ubi jalar, Sofiandi mengaku tidak khawatir. Karena di Jawa Timur banyak daerah yang menjadi pengembangan ubi jalar. Seperti Mojokerto, Tuban, Pacitan, Blitar, hingga Banyuwangi.

"Kalau berbicara soal produktivitas, hitungan kasar kita 200 ton hingga 300 ton per hari bisa untuk Jawa Timur saja. Banyuwangi saja ada 150 hektare lahan ubi jalar," kata Sofiandi.

Sofiandi melanjutkan, selain melakukan industrialisasi, ia juga terus melakukan hilirisasi. Fokusnya pada teknik budidaya. Ia mencari teknik budidaya yang efektif dengan melakukan penelitian sekitar enam tahun

"Tentunya dalam rangka meningkatkan produktivitas dan menciptakan varietas unggul," kata Sofiandi.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement