EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog optimistis proyek food estate seluas 165 ribu hektare di Kalimantan Tengah bakal menambah produksi beras nasional. Bulog, kata Buwas, ikut dalam membangun unit pengolahan beras untuk mengoptimalkan hasil panen dari kawasan food estate.
"Kalau bisa produksi (gabah) empat ton per hektare saja, itu sudah sangat besar. Lagipula sawah disana juga sudah mulai produksi tinggal digalakkan saja supaya lebih banyak," kata Direktur Utama Bulog, Budi Waseso dalam Market Review IDX Channel, Selasa (14/7).
Buwas, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa Bulog siap menjadi off taker sebagai penyerap hasil panen petani. Hal itu sesuai dari amanat pemerintah yang menjadi tugas utama Bulog dalam stabilisasi harga baik di hulu maupun hilir.
Adanya pembangunan lumbung pangan baru, kata dia, setidaknya bisa meningkatkan kemandirian pangan di wilayah tersebut. "Bulog sudah mmepersiapkan, baik itu prediksi panen yang akan datang, termasuk yang sedang dibuat pertaniannya. Bulog sudah mempersiapkan karena presiden sudah mengatakan itu akan menjadi lumbung pangan," kata dia.
Sementara itu, Bulog terus menjaga ketahanan stok pangan khususnya beras dalam rentang 1 - 1,5 juta ton. Sejauh ini, kata Buwas, total stok beras di seluruh gudang Bulog mencapai 1,42 juta ton. Ia menilai ketersediaan pangan beras hingga akhir tahun masih relatif aman dan tercukupi.
"Kita tidak usah terlalu khawatir, walaupun kita juga tidak bisa terlalu mengabaikan (situasi). Produksi pangan kita masih cukup besar," ujarnya.
Adapun untuk upaya peningkatan kualitas penyimpanan beras, Buwas menyampaikan tengah tengah membangun juga gudang di 14 wilayah untuk bs menyimpan beras dalam waktu yang realtif lama. Pola penyimpanan juga diubah dari semula dalam bentuk beras siap jual menjadi dalam bentuk gabah. Hal itu agar stok lebih tahan lama sehingga bakal diproses menjadi beras ketika akan dilepas ke pasar.
Pemerintah menargetkan proyek Food Estate di Kalimantan Tengah mulai bisa digunakan pada musim tanam Oktober 2020 - Maret 2021. Komoditas beras akan digunakan pada tahap awal di area pengembangan pertama seluas 30 ribu hektare.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, mengatakan pihaknya fokus pada perbaikan saluran irigasi persawahan yang mengalami kerusakan. Diharapkan irigasi untuk 30 ribu hektare sawah segera rampung sehingga dapat mulai dioperasikan.
"Kami perbaiki saluran, selanjutnya oleh Kementerian Pertanian bisa disiapkan untuk musim tanam Oktober-Maret," kata Basuki dalam Konferensi Pers di Jakarta, Jumat (3/7).
Basuki menjelaskan, total area pengembangan Food Estate seluas 164 ribu hektare berada di eks pengembangan lahan gambut (PLG) 1 juta hektare era Presiden Soeharto. Namun, kata dia, mayoritas atau sekitar 148 ribu hektare di antaranya sudah berupa tanah aluvial dan tidak terdapat gambut.
Adapun dari luas 164 ribu hektare, seluas 85 ribu hektare sudah menjadi sawah yang dikelola oleh petani eks migran dahulu. Sisanya, 79 ribu hektare merupakan area semak belukar yang dulunya merupakan sawah. "Jadi ini tidak perlu cetak sawah baru, tinggal dibersihkan saja karena dulu sudah menjadi sawah," kata Basuki.
Ia menambahkan, proyek Food Estate setidaknya melibatkan empat kementerian. Yakni Kementerian PUPR, Kementerian Pertanian, Kementerian Pertahanan, serta Kementerian Desa dan PDTT dan Kementerian BUMN.