Langkah-langkah konkret mencegah penyebaran Covid-19 kembali dijalankan Gerakan Pakai Masker (GPM). Setelah dua bulan ini melakukan penyuluhan untuk pedagang pasar di 9.200 pasar tradisional di Indonesia, GPM mulai masuki pesantren. Pada 24 Juli 2020, GPM menggelar program sosialisasi pentingnya penggunaan masker – dan jaga jarak dan rajin cuci tangan – di Pondok Pesantren (PP) Zainul Hasan Genggong di Probolinggo dan sembilan PP di Tulungagung.
Pada program edukasi dan sosialisasi ini, GPM menggandeng Bank Syariah Mandiri (BSM), Asbisindo (Asosiasi Bank Syariah Indonesia), dan Rumah Zakat serta didukung Asuransi Sinar Mas Syariah.
Sigit Pramono, inisiator sekaligus Ketua GPM menyampaikan, GPM ingin santri-santri di pesantren mulai sadar pentingnya memakai masker sehingga terbebas mengurangi risiko penularan Covid-19. "Mengapa harus pakai masker? Karena ini adalah upaya minimal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menekan penyebaran. Risiko penularan bisa ditekan mencapai 75 persen apabila masyarakat tertib menggunakan masker," katanya.
Sosialisasi program di pondok pesantren ini sangat penting, seperti halnya di pasar-pasar tradisional. Berdasarkan Pangkalan Data Pondok Pesantren, di Indonesia ada 26.967 pesantren, dengan jumlah satriwan dan satriwati yang tinggal di asrama (mondok) 1.440.651 orang, dan yang di luar pesantren 1.203.563 orang. Dan tempat tinggal mereka umumnya begitu berdesak-desakan.
GPM juga menilai adanya dukungan banyak pihak berperan menghentikan penyebaran Covid-19 semakin baik, di antaranya Mandiri Syariah dan Rumah Zakat. Bentuk dukungan Mandiri Syariah disampaikan melalui penyediaan masker sejumlah hampir 18.000 yang akan dibagikan kepada santri di sembilan pondok pesantren.
Direktur Mandiri Syariah Anton Sukarna menyampaikan, Mandiri Syariah memiliki semangat kepedulian yang sama dalam mengedukasi umat agar disiplin mematuhi protokol kesehatan pencegahah Covid. "Social movement memakai masker di lingkungan Pesantren ini diharapkan dapat menjadi reminder sekaligus lifestyle bagi adik-adik dan pengurus pesantren di Indonesia agar disiplin menjaga kesehatan di tengah pandemi," ujarnya.
Sementara itu Dr Mohammad Haris (Gus Haris), pengasuh PP Zainul Hasan Genggong di Probolinggo, Jawa Timur menyampaikan dukungannya pada GPM. "Pengasuh Pondok Pesantren mendukung upaya pencegahan penularan Covid 19 melalui Gerakan Pakai Masker. Pondok Pesantren harus terus meningkatkan kepatuhan penerapan kesehatan agar tidak menjadi klaster penularan Covid-19. Edukasi untuk mengikuti protokol kesehatan ketat salah satunya memakai masker yang benar menjadi hal yang sangat penting," katanya.
Adapun Rumah Zakat yang sejak awal sudah memulai pembuatan masker ketika Covid-19 kali pertama muncul di Wuhan, China, juga terlibat dalam kolaborasi ini. Nur Efendi, CEO Rumah Zakat, menilai masker sebagai alat pelindung diri dan pencegahan Covid 19 sehingga menjadi sangat penting. "Tidak hanya pesantren dan masyarakat terhindar dari Covid-19 namun jangka panjangnya dapat memajukan perekonomian warga, Desa Berdaya dalam membangun Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMMAS) dengan beragam unit usaha," ucapnya.
Sementara itu Yenny Wahid, anak kedua Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Republik Indonesia 1999-2001, yang juga merupakan salah satu pendiri GPM, mengatakan bahwa para santriwan dan santriwati ini adalah salah satu tulang punggung Indonesia untuk bergerak ke depan agar dapat bersama-sama menyelesaikan masalah Corona.
Pada program penyuluhan di pondok pesantren ini, para pembicaranya: Sigit Pramono, Ketua Umum GPM; Anton Sukarna, Direktur BSM; Nur Efendi, CEO Rumah Zakat; Gus Haris, PP Zainul Hasan; KH. Masyhudi Ridwan, PP Darul Hikmah Tulungagung; Yenny Wahid, Pendiri GPM; serta duet dokter dari GPM: dr. Sugeng Ibrahim dan dr. Grace Hananta.
Dengan adanya penyuluhan cara memakai masker yang benar -- yang diikuti dengan disiplin selalu menjaga jarak dengan orang lain serta selalu rajin cuci tangan dengan air mengalir dan sabun -- maka diharapkan di pesantren-pesentren dapat selalu terjaga dari penyebaran virus Corona.
www.swa.co.id