EKBIS.CO, RIYADH -- Arab Saudi mengumumkan defisit 109,2 miliar riyal (Rp 422,87 triliun) pada kuartal II 2020. Defisit perdagangan tersebut terjadi karena harga minyak rendah yang menurunkan pendapatan.
Pandemi Covid-19 telah mengganggu sektor nonmigas Arab Saudi. Ini menambah parah perekonomian negara tersebut setelah didera penurunan harga minyak.
Pendapatan minyak pada kuartal II mengalami penurunan 45 persen year on year menjadi 25,5 miliar dolar AS. Total pendapatan turun 49 persen menjadi hampir 36 miliar dolar AS.
Pengeluaran kuartal II turun 17 persen menjadi 65 miliar dolar AS. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Kementerian Keuangan, pengeluaran meningkat 7,5 persen bila dibandingkan kuartal I 2020.
"Kemunduran dalam pengeluaran sangat penting untuk mengatasi defisit," kata Monica Malik, ekonom Abu Dhabi Commercial Bank.
"Sikap proaktif pemerintah telah tercermin dalam langkah penghematan yang diumumkan pada April," lanjutnya.
Dalam menghadapi resesi pada tahun ini, Arab Saudi telah mengumumkan sejumlah langkah untuk mengurangi dampaknya. Misalnya, menghapus tunjangan hidup bagi pegawai negeri dan menambah pajak pertambahan nilai hingga 15 persen untuk meningkatkan pendapatan.
Sementara itu, IMF memperkirakan ekonomi Arab Saudi menyusut 6,8 persen pada tahun ini. Arab Saudi yang dalam tiga bulan pertama mencatatkan defisit 9 miliar dolar AS telah memperoleh dana 12 miliar dolar AS di pasar internasional. Pemerintah juga telah meminjam 41,1 miliar riyal di pasar domestik.