EKBIS.CO, TASIKMALAYA -- Beragam inovasi terus digulirkan Kementerian Pertanian (Kementan) guna menaikan produktivitas komoditi. Melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), akses pertanian berbasis pesantren dibuka di Tasikmalaya. Katalisnya Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani). Apalagi, Kostratani resmi digulirkan di Tasikmalaya pada Kamis (13/8).
Aktivasi Kostratani dilakukan Kementan pada dua Balai Pelatihan Pertanian (BPP) di wilayah Tasikmalaya. Terhitung sejak Kamis (13/8), BPP Cigalontang dan BPP Padakembang resmi jadi member Kostratani dan menjadi role model bagi BPP lainnya di wilayah Tasikmalaya. Semakin menarik, Kostratani di wilayah ini mengembangkan konsep pertanian berbasis pesantren.
“Kostratani itu didesain untuk menjawab semua kebutuhan produktivitas pertanian. Siapapun bisa ikut berperan aktif di dalam Kostratani, termasuk pesantren. Silahkan saja para santri belajar pertanian dari Kostratani. Bagaimanapun, pesantren potensial untuk mendukung produktivitas pertanian Tasikmalaya,” ungkap Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi, Kamis (13/8).
Mengacu data.tasikmalayakota.go.id dengan update 25 Februari 2020, Tasikmalaya memiliki sekitar 266 pondok pesantren. Pesantren tersebut tersebar di sekitar 10 kecamatan. Adapun santrinya mencapai sekitar 40.021 orang, lalu ustaznya berjumlah 1.788 jiwa. Profil tersebut tentu menarik, apalagi saat ini Kementan gencar menaikan kuota petani milenial. Dan, komposisi milenial dari santri pun kompetitif.
“Kostratani tentu terbuka lebar bagi pesantren. Mereka bisa mempelajari teknis pertanian. Kami tentu akan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada mereka. Pesantren juga banyak milenialnya dan ini sesuai dengan visi-misi Kostratani. Bagaimanapun, kami mengajak milenial secara umum untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan pertanian,” terang Dedi lagi.
Selain potensi sumber daya manusia berbasis pesantren, Tasikmalaya didukung lahan dengan luasan yang menjanjikan. Peruntukannya juga sangat beragam. Untuk persawahan terbagi menjadi beberapa kategori, seperti sawah irigasi dengan total luas sekitar 4.798 Hektar dan 998 hektar sawah tadah. Ada juga tegal/kebun dengan luas lahan 2.594 Hektar, lalu ladang/huma sekitar 932 hektar.
Dengan lahan potensial tersebut, Tasikmalaya pun menghasilkan beragam komoditi pertanian. Sebut saja, padi, cabai, petsai, tomat, dan lainnya. Kota Santri juga terkenal sebagai sentra kopi, kakao, cengkeh, dan aren.
Dedi menambahkan, produktivitas pertanian menjadi kunci penting Tasikmalaya mendapatkan beragam akses bantuan.
"Sama seperti wilayah lain di Jawa Barat, tanah di Tasikmalaya juga sangat subur. Luas lahannya sudah bagus dan kompetitif untuk mendukung jumlah produksi pertanian. Kuncinya memang produktivitas. Kalau produktivitas tinggi, tentu ada beragam bantuan dan kemudahan yang akan diterima Tasikmalaya. Mereka itu sudah punya modal lahan dan milenial yang banyak, tinggal selalu bersemangat," lanjutnya.
Lebih lanjut disampaikan, Tasikmalaya beserta pertanian berbasis pesantrennya memiliki akses besar terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sepanjang 2020, Kementan juga sudah menyiapkan alokasi KUR hingga Rp 50 triliun. Bunganya rendah 6 persen setahun. Serapannya pun terus bertambah. Pada pertengahan Mei, serapan KUR mencapai Rp 17 triliun. Lalu, serapannya sudah berada di angka Rp 20 triliun pekan ke-3 Juni 2020.
“Selain pembelajaran, Kostratani memberikan akses luas kepada permodalan. Caranya, melalui KUR yang ditawarkan dengan bunga rendah. Untuk mendapatkan KUR, produktivitas pertaniannya memang harus tinggi,” kata Dedi.
Diberi peluang besar oleh Kementan melalui Kostratani, respon positif diperlihatkan Tasikmalaya. Sekda Tasikmalaya Mohamad Zen menjelaskan, role model Kostratani akan diperluas di seuruh kecamatan di Tasikmalaya. Dengan begitu, akses yang akan diterima petani hingga pesantren semakin luas terbuka. Apalagi, Tasikmalaya saat ini sedang mengupayakan swasembada pangan.
"Kami tentu menyambut positif aktivasi Kostratani. Lebih gembira lagi, akses pertanian ke pesantren itu juga luas terbuka. Pesantren tentu semakin berdaya saing dan maju bila ikut mengembangkan pertanian dengan naungan Kostratani. Kami bahkan ingin mengembangkan Kostratani di seluruh kecamatan agar swasembada pangan cepat terealisasi," kata Zen.