EKBIS.CO, JAKARTA--Pemerintah bertekad menjaga aktivitas sektor industri manufaktur di tengah dampak pandemi Covid-19. Sebab sektor strategis itu terbukti menjadi motor penggerak perekonomian nasional.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, selain menjaga keberlangsungan usaha industri manufaktur, pemerintah juga menekankan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Upaya tersebut mencegah penularan virus Corona baru.
“Pada kuartal II 2020, industri pengolahan nonmigas mengalami kontraksi sebesar 5,74 persen. Namun demikian, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih terbesar dengan capaian 17,83 persen,” ujarnya melalui keterangan resmi pada Jumat (21/8).
Selanjutnya, kata dia, ekspor sektor industri pada periode Januari sampai Juli mengalami surplus sebesar 5,19 miliar dolar AS. Sedangkan investasi sektor industri pada semester I 2020 mengalami peningkatan 23,9 persen menjadi sebesar Rp 129,56 triliun bila dibandingkan periode sama 2019. “Capaian-capaian positif di sektor industri harus kita jaga. Kinerjanya pun terus ditingkatkan,” katanya.
Agus menilai, sejumlah aktivitas ekonomi mulai meningkat pada Juni 2020. Salah satunya ditunjukkan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang pada Juli 2020 mencapai level 46,9, naik dari bulan sebelumnya sebesar 39,1. Selanjutnya, utilisasi industri sekarang sudah mendekati 55 persen. Sebelum pandemi Covid-19, utilisasi rata-rata sektor manufaktur berkisar pada 75 persen, dan sempat menurun hingga 40 persen.
Dua hal tersebut merupakan indikator yang cukup substantial bagi Kemenperin. “Ini merupakan salah satu yang didorong, mudah-mudahan di akhir tahun utilisasi sektor industri bisa mencapai 60 persen,” tutur dia.
Berkaitan dengan pengembangan sentra IKM (Industri Kecil Menengah), akan kami memfasilitasi matchmaking antara produk dari petani dan nelayan agar terserap oleh IKM. Ini menindaklanjuti perintah Presiden daam rangka fasilitasi program Beli Produk Rakyat. Pada 2020 ini terselenggara kegiatan di 4 lokus. "Kami mengusulkan anggaran program tersebut sebesar Rp 174 Miliar pada tahun 2020, yang akan melibatkan 90 IKM dengan target 540 tenaga kerja,” tuturnya.
Program selanjutnya yang diusulkan oleh Kemenperin, yakni pembangunan digital capability center atau Pusat Informasi Digital Industri 4.0 (PIDI 4.0) agar bisa selesai tepat waktu, karena didukung dengan minat industri-industri berskala besar untuk berpartisipasi di dalamnya. Sambil menunggu pembangunan fisik PIDI 4.0, Kemenperin juga telah membangun satelit PIDI 4.0 di berbagai daerah.
Selain itu, Kemenperin mengakselerasi pembangunan kawasan industri Teluk Bintuni. Menurut Agus, pihaknya mengusulkan agar program pengembangannya bersifat multiyear menggunakan APBN. “Kami menargetkan, pembangunan infrastruktur bisa dilakukan pada 2021 dan para tenant bisa mulai berproduksi di tahun 2023,” ujar dia.