EKBIS.CO, CHICAGO -- United Airlines bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 16.370 pegawainya. PHK itu, sejalan dengan batas akhir bantuan pemerintah pada 1 Oktober 2020.
Serikat yang mewakili pegawai mengatakan, 14.000 termasuk 6.920 pramugari terancam tidak akan mendapat gaji pada bulan Oktober. Kecuali, jika kongres memutuskan untuk memberikan bantuan sebesar 25 miliar dolar AS.
"Ini karena banyak yang memilih cuti yang memberikan perawatan kesehatan, tetapi tidak ada uang. Pengumuman cuti United tidak menceritakan kisah lengkapnya,” kata Presiden Asosiasi Pramugari AS, Sara Nelson dikutip dari Reuters, Kamis (3/9).
Maskapai penerbangan kembali melobi Washington berupa paket stimulus kedua untuk mempertahankan pegawainya. Sebab, bantuan pertama sebesar 25 miliar dolar AS yang mencakup gaji maskapai berakhir September 2020. Namun, pembicaraan itu tak memperoleh titik terang.
United Airlines yang berbasis di Chicago memiliki lebih dari 90.000 karyawan sebelum pandemi yang membuat industri hampir mandek pada bulan Maret. Pada Juli, telah ada 36.000 pekerjaan yang terpaksa cuti karena tidak ada permintaan.
Maskapai penerbangan AS secara kolektif merugi lebih dari 5 miliar dolar dalam sebulan. Sebeb, 30 persen pesawatnya tetap terparkir karena tak ada penumpang.
Permintaan penerbangan turun sekitar 70 persen. Terlebih, rata-rata pesawat yang melayani penerbangan hanya terisi setengah.
Sekitar 7.400 karyawan United Airlines telah memilih untuk mengambil paket pensiun dini dan beberpa telah mengikuti program cuti tanpa dibayar. Langkah itu, sebagai upaya agar memberi keleluasaan bagi perusahaan untuk memanggil kembali stafnya jika permintaan penerbangan kembali meningkat.
Pesaingnya, American Airlines pekan lalu menyampaikan bakal melakukan PHK pada 19.000 pekerja termasuk cuti sukarela. Perusaahan yang memiliki karyawan sebanyak 140.000 sebelum pandemi itu akan menyusut hingga 30 persen.
Sementara, Delta Air Lines juga berencana memberhentikan hampir 2.000 pilot. Jumlah itu, belum termasuk pengurangan pekerja lainnya.
Presiden AS, Donald Trump mengatakan pemerintahannya akan membantu maskapai penerbangan AS. Namun, Trump belum memberikan rincian mengenai bantuan tersebut.