Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Saat masih merintis Netflix, sang pendiri sekaligus CEO Reed Hastings terus berupaya mencari pegawai berbakat lantaran perusahaan terus tumbuh dengan cepat. Hastings pun memutar otak untuk lebih banyak merekrut teknisi perangkat lunak, seperti programmer.
Demi keberhasilan Netflix, Hastings bahkan rela memberikan bayaran hingga 10 kali lipat bagi yang calon pegawai terbaik.
Baca Juga: Bos Netflix Akui Dirinya sebagai 'Pembohong Sistematis', Lho Kok Gitu?
"Di Sillicon Valley, kebanyakan programmer bekerja pada Google, Apple, dan Facebook dengan bayaran tinggi. Sedangkan kami tidak punya cukup uang untuk menarik mereka. Tapi sebagai seorang teknisi, saya akrab dengan konsep yang telah dipahami dunia perangkat lunak sejak 1968 yang dikenal sebagai 'prinsip rockstar'," papar Hastings seperti dikutip dari CNBC Make It di Jakarta, Senin (14/9).
Prinsip rockstar berasal dari sebuah studi ternama yang dilakukan di basement Santa Monica, Kalifornia. Pada pukul 6:30, sembilan programmer trainee dibawa ke sebuah ruangan dengan lusinan komputer. Masing-masing diberi amplop berisi rangkaian tugas coding dan debugging yang harus diselesaikan dalam waktu dua jam.
Para peneliti menduga, programmer terbaik dapat mengungguli pesaingnya dengan selisih sedikit saja.
Faktanya, programmer paling terampil sangat jauh melampaui pelamar dengan kemampuan terendah. Ia mampu melakukan coding 20 kali lebih cepat, 25 kali lebih cepat untuk debugging, dan 10 kali lebih cepat saat eksekusi program dibandingkan dengan programmer dengan nilai terendah.
Studi tersebut menyebar di kalangan industri perangkat lunak sejak hasilnya dirilis. Para manajer menyadari bagaimana sebagian programmer layak mendapatkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan rekan kerjanya.
"Dengan jumlah gaji tetap dan proyek yang perlu saya selesaikan, saya dihadapkan pada pilihan: Rekrut 10 hingga 25 programmer dengan kemampuan rata-rata atau merekrut seorang 'rock-star' dan membayarnya sangat tinggi lebih dari saya membayar orang lain, jika memang perlu," terang Hastings.
Setelah beberapa tahun, Hastings menyadari, programmer yang andal tidak hanya menambah nilai perusahaan 10 kali lipat. Mereka dapat menambah nilai perusahaan hingga 100 kali lipat.
Meski pada 2003 Netflix tidak memiliki banyak uang, tetapi mereka tetap melakukan yang terbaik untuk perusahaan.
"Kami memutuskan bahwa untuk semua jenis peran operasional, kami akan membayar dengan harga standar yang berada di tengah pasar. Tetapi untuk semua pekerjaan kreatif, kami akan membayar satu karyawan luar biasa dengan gaji 10 kali lipat dari rata-rata," ujar Hastings.
"Inilah cara kami mempekerjakan sebagian besar karyawan di Netflix." tandasnya.