EKBIS.CO, BANDUNG -- Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, selain bekerja sama dengan Sinovac, salah satu anggota holding BUMN Farmasi yaitu PT Kimia Farma Tbk,sudah melakukan MoU dengan perusahaan farmasi dari Uni Emirate Arab G42. MoU tersebut agar Indonesia mendapatkan 10 juta dosis vaksin dalam bentuk produk akhir pada Desember 2020.
"Selain 10 juta dosis pada tahun 2021, G42 komitmen untuk memberikan pasokan sebanyak 50 juta dosis, sehingga dari G42, akan mendapatkan total 60 juta dosis," ujar Honesti saat memberi paparan kepada petinggi DPR RI yang berkunjung ke Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Honesti menjelaskan, Bio Farma memiliki dua pendekatan strategis dalam hal pembuatan vaksin. Yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka panjang, Bio Farma akan mengembangkan Vaksin Merah Putih berkolaborasi dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman yang akan menggunakan strain virus asli Indonesia.
"Vaksin Merah Putih ini diharapkan akan diproduksi pada semester kedua 2022, bekerja sama dengan lembaga Eijkman yang berperan untuk penelitian awal sampai dengan pembuatan bibit vaksin," kata Honesti.
Sementara pada semester pertama 2021, penelitian akan dilanjutkan Bio Farma dari mulai uji praklinis, Uji Klinis tahap I, II dan III yang kemudian untuk diregistrasikan ke Badan POM.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Penny K Lukito, mengatakan, saat ini, vaksin Covid-19 dari Sinovac sudah mulai masuk uji klinis tahap III dengan harapan keamanannya sudah terbukti pada uji klinis I dan II. "Dengan subjek yang lebih besar, akan kita buktikan pada fase uji klinis III," kata Penny.
Badan POM juga, kata dia, sudah mendampingi ekspansi kapasitas produksi dari Bio Farma untuk pengembangan vaksin di Indonesia. Sehingga ke depan Indonesia tidak hanya membeli produk yang sudah jadi dari luar negeri, tetapi juga bisa memproduksi sendiri di dalam negeri.